SUKABUMIUPDATE.com - Perang saudara di Sudan kembali berlangsung sampai Selasa, 18 April 2023, hingga akhirnya paramiliter Sudan atau Rapid Support Forces (RFS) melakukan gencatan senjata dimulai sejak Rabu, 19 April 2023 pada pukul 16.00 waktu setempat.
Sampai saat ini, militer Sudan masih berstatus siaga perang karena sewaktu waktu paramiliter bisa saja kembali mengangkat senjata untuk berperang lagi.
Konflik saudara di Sudan yang tengah berlangsung pun mendapat perhatian dari berbagai negara, terutama negara yang memiliki hubungan bilateral dengan Sudan termasuk Indonesia.
Baca Juga: Bentrokan Berdarah di Sudan Tewaskan 56 Orang dan 595 Terluka
Melansir dari Suara.com, pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia pun hingga kini masih berkoordinasi dengan KBRI Khartoum di Sudan untuk mengetahui kondisi para WNI yang berada di Sudan dan sekitarnya.
Lalu, bagaimana keadaan di Sudan dan apa tindakan Kemenlu untuk mengatasinya? Simak inilah 5 fakta selengkapnya seperti menghimpun dari Suara.com.
1. Korban Mencapai 270 Jiwa dan 2000 Orang Jadi Korban Luka-luka
Pertempuran antara militer dan pasukan RSF yang terjadi sejak hari Minggu lalu menyebabkan setidaknya 270 orang menjadi korban jiwa dan 2000 orang lainnya menjadi korban luka-luka.
Berbagai rumah sakit di Sudan dan sekitarnya pun tidak berhenti menerima pasien akibat perang ini dan sebagian rumah sakit masih krisis alat bantu kesehatan.
Baca Juga: Cerita Mitos Gerhana Matahari: Ibu Hamil Tak Boleh Keluar Rumah
2. WNI Sudah Dievakuasi Sejak Minggu Lalu
Pasca serangan pertama antara militer dan paramiliter Sudan, pihak KBRI Khartoum pun langsung melakukan evakuasi kepada WNI yang masih berada di daerah konflik agar diamankan menuju KBRI Khartoum dan mendapatkan perlindungan sebagai WNI di tanah konflik.
Evakuasi pun dilakukan di tengah-tengah gemuruh perang dan berhasil menyelamatkan 15 orang WNI yang terdiri dari anak anak dan orang dewasa.
3. Ribuan WNI Lain Masih Terjebak dan Kekurangan Logistik
Namun, upaya evakuasi KBRI kepada WNI di Sudan hingga kini belum rampung. Pasalnya, pihak Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Sudan mengungkap bahwa masih ada ratusan pelajar WNI dan ribuan WNI yang terjebak di kota Khartoum.
"Kondisi di sini serba ketakutan. Kalau jumlah ada 850 pelajar Indonesia dan total WNI disini hampir 1000 orang. Kebanyakan tinggal di Kota Khartoum," ungkap Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Sudan, Arya Kurniantoro saat dihubungi pada Rabu, 19 April 2023.
Tak hanya terjebak di tengah peperangan, para anggota PPI pun mengalami kekurangan logistik sehingga harus saling bahu membahu mengirimkan kebutuhan ke kediaman masing-masing.
"Kami kekurangan logistik, kena mental karena teman-teman kondisinya takut semua mendengar banyak baku tembak. Akhirnya kami gotong royong mengantarkan logistik seadanya," ungkap Arya.
Arya berharap pihak KBRI dapat cepat tanggap menggali informasi keberadaan para WNI dan melakukan evakuasi.
4. Kemenlu Klaim Sudah Amankan WNI di Sudan
Menanggapi WNI yang terjebak di Sudan, juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah mengungkap pihak Kemenlu sudah mendapatkan data akurat jumlah WNI yang terdata berada di Sudan dan mengklaim semua WNI sudah berada di tempat yang lebih aman di daerah konflik setelah beberapa dari mereka berhasil dievakuasi ke KBRI Khartoum.
"WNI yang terdata di KBRI ada 1.209 orang. Sejauh ini, mereka sudah aman dan dipindahkan ke tempat yang lebih safe, khususnya ke KBRI yang sekarang menjadi safe house para WNI" ungkap Teuku.
5. Bantuan Logistik Disalurkan Kepada WNI
Tak hanya itu, Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia (BHI) Kemlu, Judha Nugraha mengungkap bahwa KBRI Khartoum juga telah mendistribusikan bantuan logistik kepada para WNI yang terjebak di tengah perang.
"Bantuan logistik disalurkan kepada sekitar 200 WNI yang terdampak perang. Mayoritas dari mereka berstatus mahasiswa dan pekerja migran dari Indonesia," kata Judha dalam keterangannya pada Rabu, 19 April 2023.
Hingga kini, pihak Kemenlu RI masih berkoordinasi dengan KBRI Khartoum demi memastikan semua WNI dalam keadaan aman selama gencatan senjata.
Sumber: Suara.com (Dea Nabila)