SUKABUMIUPDATE.com - Jurnalis wanita Palestina bernama Ghufran Harun Warasneh tewas setelah ditembak tentara Israel pada hari Rabu saat dia menuju kantornya. Ini menjadi kesekian kalinya pasukan Israel menyerang jurnalis. Sebelumnya, seorang wartawati Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, tewas di wilayah pendudukan Tepi Barat ketika sedang meliput, Rabu, 11 Mei 2022. Israel dan Palestina saling tuding sebagai pelaku penembakan jurnalis tersebut.
Melansir dari Tempo.co, Ghufran Harun Warasneh bekerja dengan jaringan media lokal di kota Hebron, di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Perempuan berusia 31 tahun ini ditembak di bagian tubuh di dekat kamp pengungsi al-Arroub. Dia dinyatakan meninggal kemudian di rumah sakit, kata kementerian kesehatan Palestina.
Baca Juga :
Seorang saksi mata yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada kantor berita Palestina Wafa bahwa Warasneh sedang berjalan menuju jalan utama ketika dua tentara yang berjaga di sebuah pos pemeriksaan militer memintanya untuk mendekati mereka. Salah satu tentara Israel itu kemudian menembaknya.
Tentara Israel mengklaim dalam sebuah pernyataan bahwa Warasneh ditembak karena hendak menyerang petugas dengan pisau. "seorang penyerang bersenjatakan pisau maju ke arah seorang tentara yang sedang melakukan kegiatan keamanan rutin di Route 60. Para prajurit menanggapi dengan tembakan langsung," menurut Israel seperti dilansir Middle Easte Eye, Kamis, 2 Juni 2022.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pasukan Israel di tempat kejadian telah memblokir petugas medis untuk mencapai Warasneh selama 20 menit, sebelum mereka berhasil memindahkannya ke rumah sakit al-Ahli di Hebron.
Warasneh telah bergabung dengan kantor berita lokal, Dream mulai pekan ini. Pada Rabu seharusnya menjadi hari ketiga dia bekerja di tempat barunya itu.
Sebelum bergabung dengan Dream, ia mengenyam pendidikan jurnalisme di Universitas Hebron. Warasneh telah bekerja dengan beberapa jaringan media lokal sebelumnya.
Ibunya mengatakan kepada Wafa bahwa Warasneh sebelumnya ditangkap dan dipenjarakan selama tiga bulan karena liputannya tentang demonstrasi pro-Palestina pada Januari. Israel telah menghancurkan peralatan kameranya.
"Ghufran berangkat pagi-pagi sekali untuk berangkat kerja tepat waktu," kata ibu Warasneh yang tidak disebutkan namanya itu kepada Wafa.
"Tetapi tidak butuh waktu lama sampai kami mendengar bahwa pendudukan menembak mati seorang wanita di pintu masuk kamp, tetapi kami tidak tahu bahwa itu adalah putri saya. Berita itu mengejutkan,"ujar ibunya.
Menargetkan jurnalis wanita
Wartawan Palestina Merfat Sadiq mengatakan kepada Middle East Eye bahwa kematian Ghufran menyakitkan. Israel berupaya meningkatkan eskalasi terhadap wartawan Palestina pada tahun lalu.
“Tampaknya jurnalis perempuan, khususnya, dianggap sebagai target yang lebih mudah. Kami telah menyaksikan ini dua hari lalu dengan serangan berulang terhadap jurnalis perempuan yang meliput pawai bendera di Yerusalem dan di Nablus,” kata Sadiq.
“Wartawan Ranin Sawaftah langsung terkena tembakan gas air mata.
"Tuduhan percobaan penusukan tidak relevan, tentara itu bisa saja menangkapnya atau membuatnya takut. Dia dekat dengan mereka namun dia dipukul di bagian atas tubuh seperti yang ditunjukkan gambar. Itu adalah pembunuhan berencana," tambahnya.
Kementerian luar negeri Palestina mengutuk pembunuhan itu sebagai eksekusi lapangan. "Dia sedang dalam perjalanan ke pekerjaannya dan tidak ada insiden di sana atau bahaya bagi para penjahat," kata Kementerian Luar Negeri Palestina dalam sebuah pernyataan.
Sejauh tahun ini, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 50 warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki. Di antara yang dibunuh adalah jurnalis wanita terkemuka Shireen Abu Akleh.
SUMBER: MIDDLE EAST EYE | TEMPO.CO