SUKABUMIUPDATE.com - Apakah Anda pernah mengalami kehilangan konsentrasi saat mengemudi hingga tanpa sadar menutup mata selama beberapa detik? Kondisi ini dikenal sebagai microsleep, salah satu bentuk kelelahan saat berkendara.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut bahwa sekitar 60% kecelakaan lalu lintas sepanjang tahun 2024 disebabkan oleh pengemudi yang mengalami kelelahan. Ia juga menekankan bahwa hal ini berkaitan erat dengan lamanya waktu kerja yang dijalani para pengemudi.
Memahami microsleep menjadi sangat penting, terlebih jika Anda berkecimpung dalam industri transportasi dan logistik. Artikel ini akan membahas secara menyeluruh mengenai microsleep—mulai dari penyebab, dampak, hingga cara pencegahannya.
Apa Itu Microsleep?
Microsleep merupakan episode tidur sangat singkat, biasanya hanya berlangsung sekitar 15 detik atau kurang, ditandai dengan mata yang tiba-tiba terpejam atau kepala terangguk. Karena berlangsung sangat cepat, banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya sempat tertidur.
Fenomena ini seringkali terjadi akibat kurang tidur atau kelelahan, namun bisa juga dipicu oleh aktivitas monoton dalam waktu lama—seperti saat berkendara di jalan tol yang lurus dan sepi dalam perjalanan jarak jauh.
Penyebab Microsleep Saat Mengemudi
Meskipun berlangsung dalam hitungan detik, microsleep sangat berbahaya jika terjadi ketika sedang menyetir. Di Indonesia, kelelahan dan microsleep diduga menjadi faktor utama banyaknya kecelakaan di jalur darat.
Beberapa penyebab umum microsleep antara lain:
1. Kurang Tidur
Kurang istirahat secara signifikan meningkatkan risiko microsleep. Pengemudi yang bekerja dalam sistem shift bergilir lebih rentan mengalami gangguan ini. Hal serupa juga terjadi pada individu dengan gangguan tidur seperti insomnia atau sleep apnea, yang menyebabkan kualitas tidur menurun dan tubuh menjadi kelelahan.
2. Kelelahan Fisik
Pengemudi kendaraan barang maupun penumpang yang melakukan perjalanan jauh tanpa jeda memiliki potensi besar mengalami kelelahan. Kondisi ini makin berat jika mereka berkendara sendiri tanpa ada yang bisa bergantian menyetir.
3. Masalah Kesehatan dan Pengaruh Obat-obatan
Kondisi medis tertentu seperti anemia, diabetes, depresi, atau gangguan kecemasan dapat meningkatkan kecenderungan mengalami microsleep. Selain itu, konsumsi obat-obatan yang bersifat sedatif seperti antihistamin, analgesik, dan antidepresan juga memperbesar risiko terjadinya microsleep.
4. Aktivitas Monoton seperti Mengemudi di Jalan Tol
Microsleep juga dapat dialami oleh orang yang cukup tidur jika mereka berada dalam situasi monoton dalam waktu lama. Salah satu contoh paling umum adalah berkendara di jalan tol yang sepi, di mana minimnya rangsangan visual membuat otak masuk ke mode otomatis, sehingga meningkatkan potensi tertidur sejenak tanpa disadari.
Dampak Microsleep terhadap Pengemudi dan Dunia Usaha
Meskipun durasinya pendek, microsleep bisa mengakibatkan konsekuensi besar, terutama jika terjadi saat mengemudi.
Risiko Kecelakaan Serius: Baik saat mengemudikan kendaraan pribadi maupun armada perusahaan, microsleep dapat menyebabkan kecelakaan serius. Insiden seperti menabrak pembatas jalan, tergelincir, bahkan terguling bisa terjadi dalam hitungan detik.
Jika insiden terjadi di jalan tol yang padat, akibatnya bisa lebih fatal: tabrakan antar kendaraan, kecelakaan beruntun, hingga menimbulkan korban luka berat atau jiwa.
Sumber: Cartrack