SUKABUMIUPDATE.com - Yayat Hidayat (33 tahun), perajin tempe mendoan asal Kampung Ciburahol, Desa Panumbangan, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, merintis usahanya sejak setahun lalu. Selain bisnis, dia juga aktif di organisasi sebagai Ketua Pemuda Pancasila (PP) Ranting Panumbangan.
"Proses pembuatannya sama seperti tempe biasa, dari kacang kedelai yang direndam, direbus, lalu difermentasi. Yang membedakan, ukurannya lebih lebar dan dibungkus dengan daun pisang," kata dia menjelaskan tahapan pembuatan tempe mendoan khasnya kepada sukabumiupdate.com, Jumat (24/1/2025).
Yayat dibantu dua karyawan dengan metode pembuatan yang masih manual. Bahkan pengolahannya menggunakan api dari kayu bakar. Dibutuhkan waktu sekitar empat hari hingga tempe siap dipasarkan.
"Saat ini harga bahan baku kedelai sedang naik, mencapai Rp 11 ribu per kilogram, dibandingkan harga normal sekitar Rp 9.500. Tentu menjadi tantangan, apalagi ketika musim hujan, proses fermentasi juga sering terganggu karena suhu yang lebih dingin. Banyak tempe yang buruk dalam fermentasi," ujarnya.
Baca Juga: Resep Tempe Teri Balado, Inspirasi Menu Makan Sederhana untuk Keluarga
Yayat menyebut produksi tempe mendoan dibuat dalam berbagai ukuran, mulai 18x12 sentimeter, 20x10 sentimeter, hingga ukuran kecil 15x10 sentimeter. Harganya pun bervariasi. Untuk ukuran mini, satu ikat berisi empat dijual dengan harga pabrik Rp 3 ribu, sedangkan ukuran yang lebih besar memiliki harga berbeda.
Pemasaran saat ini, selain dijual keliling di sekitar Jampangtengah, juga online melalui WhatsApp dan Facebook. "Tempe mendoan paling nikmat digoreng menggunakan adonan tepung terigu, telur, dan bawang daun. Demi cita rasa terbaik, sebaiknya digoreng tidak terlalu kering dan dinikmati saat masih hangat," kata Yayat.
Di tengah tantangan harga bahan baku yang naik dan kendala cuaca, Yayat tetap optimistis mengembangkan usahanya. Dia berharap dukungan dari berbagai pihak agar produksi tempe mendoannya bisa terus berjalan dan semakin dikenal luas. "Harapannya usaha kecil ini bisa berkembang dan membuka peluang tenaga kerja. Paling utama adalah mengubah mindset masyarakat tentang ormas," ujar dia.