SUKABUMIUPDATE.com - Fajar Riza Ul Haq, yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Dasar Menengah di Kabinet Presiden Prabowo Subianto, menjadi sosok yang menginspirasi. Pasalnya, pria kelahiran Sukabumi yang kini baru berusia 45 tahun itu berasal dari keluarga yang sederhana.
Fajar kecil tinggal bersama keluarga di sebuah desa di bawah kaki Gunung Gede, tepatnya di Kampung Cibunar, Desa Gede Pangrango, Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Ia merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Ayahnya, Apip Saripudin Tisnawijaya (83 tahun), adalah seorang pensiunan pegawai negeri.
Pada Rabu (23/10/2024), sukabumiupdate.com berkesempatan bersilaturahmi dengan keluarga Dr. Fajar Riza Ul Haq di Villa Imah Mamih di Jl. Situgunung KM 7, Kadudampit, Sukabumi. Ayah dan kakak kandung Dr. Fajar menerima kami serta mempersilakan untuk berbincang.
Sosok low frofile, keluarga di Sukabumi tidak tahu Fajar dilantik jadi Wamen
Hilmi Anshori (52 tahun), yang merupakan kakak kandung Dr. Fajar Riza Ul Haq, mengungkapkan bahwa dirinya dan keluarga di Sukabumi sebelumnya tidak tahu bahwa Fajar akan diangkat jadi wakil menteri.
“Ini kan perjalanan mungkin dia (Fajar) jadi wamen itu perjalanan panjang ya, itu (fajar) ga pernah ngomong, malah saya tahunya itu saya dapat share sama rekan dari Jakarta, ada nih bocoran ini, ada nama Fajar,” kata Hilmi yang mengaku langsung mengkonfirmasi informasi tersebut ke Fajar.
Baca Juga: Jejak Inspiratif, Sosok Wamen Pendidikan Dr. Fajar Dimata Guru dan Kakak Kelas di YASTI Sukabumi
“Udah kaya gitu saya share lah kepada Fajar juga, 'Jar ini nih ada gosip kaya gini nih ada isu kaya gini bener ga sih?'” sambung Hilmi, yang kemudian dijawab oleh Fajar dengan mengirim link berita yang sama dari media berbeda sebagai penegasan.
Hilmi menceritakan bahwa Fajar merupakan sosok yang sangat sederhana di lingkungan dan pergaulan dengan masyarakat. Menurutnya, perangai Fajar yang low profile merupakan pembawaannya sejak kecil. "Dia orangnya ya begitu aja naik angkot biasa seperti gitu aja, naik ojek, naik apa biasa aja gitu, kalau orang lihat sepintas itu enggak kelihatan bahwa dia itu pejabat atau apa gitu, enggak ada,” tuturnya.
Ditempa kemandirian di pesantren
Selain itu, Hilmi mengungkapkan jika Fajar kecil merupakan anak yang mandiri dan pendiam. “Dia aktif seperti biasanya anak-anak ya, Cuma memang banyak pendiemnya, jadi enggak banyak (ngobrol), enggak terlalu aktif berkomunikasi," ujarnya.
Sementara salah satu ciri mandirinya, kata Hilmi, adalah saat Fajar menginginkan tinggal di kobong pesantren dibanding dirumah. "Selepas SD, dia udah mau ngobong di Sunanul Huda, (Cikaroya) Cibolang (selama tiga tahun saat sekolah di MTs Yasti),” kata pria yang juga merupakan Direktur Utama di PT Monami Garment Industry tersebut.
Hilmi menambahkan bahwa latar belakang kehidupan orang tuanya dahulu yang merupakan seorang guru (pegawai negeri) dengan finansial keluarga yang terbatas, mendorong dia dan adik-adiknya untuk mandiri dan berjuang untuk kehidupan yang lebih baik.
“Dia (Fajar) lebih banyak belajar secara otodidak, secara alami aja gitu. Karena dulu kan kita pada dasarnya zaman dulu itu zaman hidup susah kemudian zaman yang namanya orang tua seorang pegawai negeri seorang guru pun enggak ada harganya, enggak ada nilainya gitu, kita pengen apa namanya ya mengangkat derajat sendiri itu ya usaha sendiri, bagaimana kita bangkit tanpa mengandalkan orang tua gitu," bebernya.
Dibesarkan di keluarga Muhammadiyah
Hilmi juga mengungkapkan meski keterbatasan ekonomi, namun selalu ada jalan untuk berbuat kebaikan hingga Fajar akhirnya bisa menempuh studi perguruan tinggi pertamanya di S1 Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.
“Jadi Fajar itu dulu itu pengen kuliah, ya pengen kuliah dulu pegawai negeri kan susah kan (susah secara ekonomi) orang tua guru kan tapi anaknya pengen kuliah gimana caranya, carilah yang jalur mana sih yang bisa ringan biaya kuliahnya, dapat beasiswa, apa, konon katanya dulu dapet surat dari PD Muhammadiyah Sukabumi itu, tolong ditermia di sana gitu (jalur rekomendasi) kaya gitu,” tuturnya.
“Gimana caranya karena kita lagi sulit kan keadaannya, gimana caranya pengen kuliah. Ada lah peluang masuk Universitas Muhammadiyah gitu, dengan membawa rekomendasi jauh-jauh sampe ke Solo gitu, ceritanya begitu,” tambahnya sembari tertawa kecil.
Di tempat yang sama, Ayah Fajar, Apip Saripudin Tisnawijaya, menyebutkan bahwa ia memiliki jalur kekeluargaan dengan pembesar PD Muhammadiyah Sukabumi pada saat itu. "Kenal dengan sosok pak Ba salah satu Pimpinan Daerah Muhammadiyah di Sukabumi dan masih memiliki hubungan kekeluargaan, masih satu keturunan, Pak Bachroya Mansur itu Apih nyebutnya Kakang gitu,” ungkap Ayah Fajar yang kerap dipanggil Apih.
Apih pun menyampaikan rasa syukurnya atas capaian yang diraih Fajar, dan dengan doa yang terus mengalir untuk keselamatan anaknya yang kini telah dilantik menjadi Wamen Dikdasmen.
"Alhamdulillah, ya kita berdoa pada Allah, salat tahajud malam-malam, berdoa, dalam sujud kita memohon kepada Allah dilancarkan, diselamatkan, selamat lahir, selamat batin, selamat dunia, selamat akhirat dan juga bisa selamat menjalankan tugas, kita hanya berdoa aja kepada Allah, kita serahkan semuanya,” tuturnya.
Lebih dari itu, Apih menyampaikan harapannya, dengan amanah yang kini diemban anaknya agar bisa membawa kebaikan bagi dunia pendidikan.
“Ya itu lah diharapkan bisa mewarnai dunia pendidikan, Bapak selaku orang tua tidak mengharapkan apa-apa, ikhlas dia harus berjuang, hidup ini kan perjuangan, bapak sudah selesai berjuangnya serahkan kepada anak-anak untuk berjuang,” ucap Apih.
Penulis : Turangga Anom (Reporter Magang)