Parlemen Rasa Konglomerat

Jumat 04 Oktober 2024, 14:23 WIB
Ilustrasi sejumlah anggota parlemen sedang berkumpul | Foto : Isitimewa

Ilustrasi sejumlah anggota parlemen sedang berkumpul | Foto : Isitimewa

Selamat datang di Republik Pengusaha Raya! Kalau dulu kata orang, DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat, sekarang mungkin lebih cocok disebut Dewan Pengusaha (Kaya) Raya. Bayangkan, dari 575 anggota DPR periode 2024-2029, 262 di antaranya adalah pengusaha. Itu berarti hampir setengah DPR sekarang lebih akrab dengan saham daripada aspirasi rakyat.

Coba bandingkan dengan keberadaan pelawak di parlemen, seperti Komeng. Rasanya, pelawak di DPR mungkin lebih kecil risikonya —setidaknya kita bisa tertawa. Tapi, apa jadinya kalau mayoritas mereka adalah orang yang lihai melobi saham, tapi tak paham betul soal moral?

Jadi, begini. Kalau Anda dulu mengira DPR itu tempat membahas undang-undang untuk kesejahteraan rakyat, sekarang mungkin Anda perlu meralat definisi itu. DPR tampaknya berubah jadi tempat diskusi saham dan modal.

Menurut penelusuran Tempo dan Yayasan Auriga Nusantara, mereka —para pengusaha merangkap anggota DPR— bukan hanya sekadar duduk manis. Mereka punya saham di ratusan perusahaan, menjabat komisaris, hingga duduk di kursi direksi.

Sungguh multitasking! Bayangkan saja, sambil mengetok palu sidang, mereka mungkin sedang sibuk mengecek harga saham tambang.

Apa bisnis mereka? Oh, tidak tanggung-tanggung! Dari penyiaran, perdagangan umum, hingga industri ekstraktif. Itu kata Tempo.

Baca Juga: Wajah Baru Parlemen

Sama saja, kalau Anda penasaran kenapa tayangan sinetron masih mendominasi TV kita, jangan salahkan sutradara. Mungkin, justru karena yang mengatur frekuensi adalah orang yang juga punya saham di stasiun TV itu.

Anda mungkin berpikir, "Ah, ini pasti kebetulan. Masa iya, DPR jadi tempat konglomerat ngumpul?" Mari kita lihat datanya. Dari PDI-P, ada 71 pengusaha yang duduk di DPR. Partai Golkar menyumbang 48 pengusaha, Gerindra 41, dan NasDem 21.

Bahkan partai yang sering bicara soal moralitas dan spiritualitas, seperti PKB dan PKS, juga ikut menyumbang 26 dan 22 pengusaha.

Bahkan PPP yang katanya partai warisan ulama, tidak mau kalah dengan 6 pengusaha. Wah, ulama kita ini benar-benar paham ekonomi pasar!

Menurut Marepus Corner Working Paper (2020), dalam periode sebelumnya, persentase pengusaha di DPR bahkan lebih besar lagi —55%! Ini artinya, tren pengusaha di parlemen terus meningkat.

Sebuah pencapaian yang patut dibanggakan, kan? Dari sini, kita bisa simpulkan: DPR kita benar-benar jadi franchise konglomerasi!

Coba kita bicara serius sejenak. Dengan semakin banyak pengusaha di DPR, potensi konflik kepentingan pun makin besar. Bagaimana tidak?

Bayangkan seorang pengusaha tambang duduk di komisi yang membahas peraturan soal lingkungan. Apa mungkin dia akan membuat regulasi yang memperketat operasi tambangnya sendiri? Ini ibarat meminta serigala menjaga kandang domba. Apa yang terjadi? Dombanya habis, serigalanya gemuk.

Baca Juga: Jejak Bayu Permana, Dari Aktivis Menjadi Legislator Muda Di Parlemen Sukabumi

Contoh nyatanya, ada UU Minerba yang membuat perusahaan tambang semakin leluasa menggarap bumi Indonesia. Para pengusaha ini juga terlibat dalam UU Omnibus Law yang isinya lebih banyak berpihak kepada investor ketimbang buruh.

Jadi, jika Anda bertanya-tanya mengapa hak-hak buruh semakin dipinggirkan, jawabannya ada di DPR, atau lebih tepatnya di rapat direksi perusahaan tempat mereka juga bekerja.

Dengan semakin kuatnya cengkeraman pengusaha di DPR, kita melihat kekuatan oligarki semakin nyata. Apa itu oligarki? Itu ketika sekelompok kecil orang yang punya kekuasaan dan uang mengendalikan jalannya negara.

Jadi, ketika kita bicara tentang UU, jangan heran kalau isinya lebih banyak tentang "Bagaimana caranya bikin pengusaha makin kaya?" ketimbang "Bagaimana caranya rakyat bisa hidup lebih sejahtera?"

Misalnya saja, kebijakan lingkungan yang tampaknya makin kendur. Tentu saja, kalau yang membuat aturannya adalah pengusaha yang punya tambang dan perkebunan sawit, siapa yang peduli dengan orangutan atau hutan hujan tropis kita? Toh, itu semua cuma “penghalang” buat ekspansi bisnis, bukan?

Kondisi ini membuat kita merenung: apakah demokrasi yang dulu kita perjuangkan sudah berubah jadi sistem pasar bebas?

Anda mau kursi DPR? Mudah saja, tinggal punya uang dan jaringan bisnis, dan voila, Anda bisa duduk di sana. Mau bikin UU yang menguntungkan bisnis Anda? Jangan khawatir, kawan-kawan sesama pengusaha di DPR siap membantu.

Seperti yang diungkap Eve Warburton dalam artikelnya "Private Power and Public Office," sekarang kita melihat transformasi besar: pengusaha tidak lagi jadi pemain pinggiran. Mereka sekarang yang memegang kendali politik.

Dulu, di era Orde Baru, mereka cuma penonton di balik layar. Tapi sekarang? Mereka justru yang pegang remote-nya! Apakah ini salah Jokowi? Ah, dia kan juga pengusaha dulunya, jadi mungkin memang ini eranya.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Baiklah, kita bisa saja pasrah dan membiarkan para pengusaha ini mengatur negara, sambil kita menonton drama TV dari stasiun milik mereka. Tapi, apakah kita harus diam saja?

Mungkin kita perlu bertindak. Setidaknya, jangan lupa suarakan kritik setiap kali ada UU yang terkesan “pro-bisnis”. Dan siapa tahu, satu hari nanti, rakyat kecil yang sekarang tertawa karena kelucuan politik ini bisa membalikkan keadaan. Atau, setidaknya, kita bisa berharap Komeng benar-benar masuk DPR untuk memberi sedikit hiburan di tengah seriusnya para pengusaha.

Di akhir cerita ini, mari kita ingat: kalau tertawa itu sehat, mungkin kita butuh lebih banyak pelawak di DPR daripada pengusaha. Sebab, yang terjadi sekarang, terlalu banyak pengusaha di DPR hanya membuat demokrasi kita terlihat seperti lelucon yang gagal dipahami.

(Catatan Cak AT/Ahmadie Thaha [03.10.2024])

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkait
Nasional

Wajah Baru Parlemen

Senin 30 September 2024, 18:17 WIB
Wajah Baru Parlemen
Berita Terkini
Life04 Oktober 2024, 16:00 WIB

Kisah Dewi Rara Santang, Putri Prabu Siliwangi yang Juga Ibunda Sunan Gunung Jati

Dewi Rara Santang, putri dari Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja), adalah salah satu tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah dan legenda Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat.
Ilustrasi - Dewi Rara Santang, putri dari Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja), adalah salah satu tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah dan legenda Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat. (Sumber : Freepik.com/@jcomp).
Keuangan04 Oktober 2024, 15:52 WIB

Prabowo akan Ganti Subsidi BBM Jadi BLT, Tujuannya agar Daya Beli Masyarakat Naik

Agus mengatakan telah melakukan kebijakan subsidi BBM selama beberapa tahun.
(Foto Ilustrasi) Prabowo Subianto berencana mengganti subsidi BBM dengan BLT. | Foto: Istimewa
Entertainment04 Oktober 2024, 15:15 WIB

Aaliyah Massaid dan Thariq Halilintar Datangi Polda Metro Jaya Untuk Temui Pelaku Penyebar Hoaks

Pasangan Aaliyah Massaid dan Thariq Halilintar mendatangi Polda Metro Jaya pada Rabu, 2 Agustus 2024 sore, untuk memenuhi pemanggilan dari penyidik terkait laporan yang dibuat oleh Aaliyah.
Aaliyah Massaid dan Thariq Halilintar Datangi Polda Metro Jaya Untuk Temui Pelaku Penyebar Hoaks (Sumber : Instagram/@aaliyah.massaid)
Inspirasi04 Oktober 2024, 15:00 WIB

Lowongan Kerja Barista di Salah Satu Cafe di Sukabumi, Yuk Cek Kualifikasinya!

Apabila kamu tertarik dengan lowongan kerja ini, segera daftarkan diri sekarang juga!
Lowongan Kerja Barista di Salah Satu Cafe di Sukabumi, Yuk Cek Kualifikasinya! (Sumber : pexels.com/Wendy Wei)
Nasional04 Oktober 2024, 14:43 WIB

Dugaan Mark Up Iklan, KPK Tetapkan 5 Tersangka Korupsi di Bank BUMD Jabar

Para tersangka diduga berkomplot menggelembungkan anggaran dan belanja iklan.
(Foto Ilustrasi) KPK menetapkan lima tersangka dalam kasus mark up dana penempatan iklan oleh Bank BJB. | Foto: Istimewa
Inspirasi04 Oktober 2024, 14:23 WIB

Parlemen Rasa Konglomerat

Kalau dulu kata orang, DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat, sekarang mungkin lebih cocok disebut Dewan Pengusaha (Kaya) Raya. Bayangkan, dari 575 anggota DPR periode 2024-2029, 262 di antaranya adalah pengusaha
Ilustrasi sejumlah anggota parlemen sedang berkumpul | Foto : Isitimewa
Sukabumi Memilih04 Oktober 2024, 14:14 WIB

Seret Desy Ratnasari di Pemilu 2024, Ribka Tjiptaning Laporkan KPU dan Bawaslu Jabar ke DKPP

Heddy enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai pokok laporan Ribka.
DKPP menerima aduan calon anggota legislatif dari PDIP Ribka Tjiptaning yang menyeret nama politikus PAN Desy Ratnasari. | Foto: Istimewa
Sukabumi04 Oktober 2024, 14:13 WIB

Pemkab Sukabumi Gelar Bimtek Keprotokolan dan Public Speaking bagi Perangkat Daerah dan RSUD

Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi melalui Bagian Prokompim menggelar Bimbingan Teknis Keprotokolan dan Publik Speaking bagi Perangkat Daerah dan RSUD
Bimbingan Teknis Keprotokolan dan Public Speaking dilingkungan Pemkab Sukabumi | Foto : Dokpim
Food & Travel04 Oktober 2024, 14:00 WIB

Unik! Wisata Wooly Cafe di Bogor Ini Bisa Makan Bareng Domba

Apakah Updaters pernah membayangkan bagaimana suasana makan bareng Shaun The Sheep? Nah, sensasi itu bisa Anda dapatkan di Wisata Bogor Wooly Cafe satu ini.
Wooly Sheep Cafe and Resto. Foto: Instagram/@woolycafe.id
Food & Travel04 Oktober 2024, 13:00 WIB

Wisata Tangerang Telaga Biru Cisoka, HTMnya Cuma Rp5.000 dan Berjarak 1 Jam dari Jakarta

Keunikan Wisata Tangerang Telaga Biru Cisoka terletak pada proses terbentuknya. Telaga ini dulunya merupakan bekas galian tambang pasir.
Telaga Biru Cisoka merupakan salah satu destinasi Wisata Tangerang, Banten, yang menawarkan pesona alam yang unik dan menawan. (Sumber : Instagram/@heyday22_).