Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang rutin diadakan setiap tahun selalu dipenuhi dengan semangat memperingati kelahiran Rasulullah. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan seremonial ini belum sepenuhnya mampu mengubah perilaku keagamaan masyarakat secara mendalam.
Meski Maulid sering dihadiri banyak orang, tetapi tingkat partisipasi dalam ibadah sehari-hari, seperti salat berjamaah di masjid, masih cenderung stagnan. Orang yang datang ke masjid untuk berjamaah seringkali masih itu-itu saja, sementara sebagian besar masyarakat hanya aktif dalam acara-acara besar tanpa konsistensi dalam ibadah rutin.
Kecenderungan sebagian masyarakat Indonesia memang lebih menekankan pada kegiatan seremonial atau simbolik daripada implementasi nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Peran Perempuan dalam Mendidik Generasi: Inspirasi dari Maulid Nabi Muhammad SAW
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
1. Budaya Formalitas: Di banyak negara, termasuk Indonesia, ada kecenderungan untuk menghormati tradisi atau simbol-simbol formal. Hal ini kadang menekankan upacara yang terlihat megah, namun kurang menekankan substansi atau hasil nyata.
2. Kurangnya Tindak Lanjut: Kebijakan atau kampanye yang hanya berhenti pada tahap peresmian atau peluncuran, tetapi tidak ada mekanisme pengawasan yang kuat untuk memastikan implementasinya.
3. Pendidikan dan Kesadaran: Perubahan perilaku memerlukan pendidikan berkelanjutan dan penanaman nilai-nilai yang dalam. Seremonial mungkin menjadi langkah awal yang baik, tetapi tanpa pendidikan yang memadai dan berkelanjutan, perubahan yang diharapkan tidak terjadi.
4. Keterikatan pada Simbolisme: Masyarakat mungkin merasa bahwa seremonial dan simbol adalah bagian dari identitas budaya atau kebangsaan, tetapi tidak selalu memahami atau menginternalisasi makna mendalam di balik seremonial tersebut.
Untuk mengatasi hal ini, perlu ada pendekatan yang lebih fokus pada substansi, pendidikan berkelanjutan, dan mekanisme tindak lanjut yang jelas agar perubahan yang diinginkan tidak hanya berhenti di permukaan.
Penulis : Hamidah, S.Pd.I, Praktisi Pendidikan