SUKABUMIUPDATE.com - Tim Dosen pulang kampung (Dospulkam) Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor atau IPB University, memberikan sosialisasi dan pelatihan tentang pengolahan produk hasil perikanan, pertanian dan peternakan kepada masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan ikan sidat di Desa/Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, Selasa-Rabu, 23-24 Juli 2024.
Tim yang terdiri dari Dr. Ir. R.A. Hangesti Emi Widyasari, M.Si. selaku koordinator bersama Ika Sartika SSn, M. Sn, Dr. drh Erni Sulistiyowati dan Firman Muhammad Basar S.Pd., M.Pd tersebut juga memberikan pendampingan untuk membangun UKM dan mendukung BumDes dalam menggali potensi desa agar dapat memberikan kesejahteraan pada warganya.
"Adapun pelatihan yang sudah diberikan adalah membuat olahan ikan dengan bahan baku ikan bawal menjadi bakso, nugget, patty burger dan sate lilit serta olahan ikan lainnya," kata Hangesti dalam laporannya yang diterima sukabumiupdate.com.
Hangesti mengatakan, pelatihan yang diikuti nelayan, kader PKK dan Posyandu ini diberikan agar masyarakat Desa Tegalbuleud mendapatkan alternatif pendapatan lain selain dari olahan berbahan ikan sidat. Pasalnya berdasarkan penelitian timnya, populasi ikan sidat semakin menurun setiap tahunnya di wilayah tersebut.
Adapun faktor menurunnya populasi, lanjut Hangesti, akibat penangkapan benih ikan sidat atau glass eel (stadia leptochepalus) yang dilakukan secara besar besaran di Muara Sungai Cibuni dan Muara sungai Cikaso, serta belum ada masyarakat yang melakukan budidaya ikan bernama latin Angguila SPP tersebut.
"Ikan sidat merupakan salah satu potensi jenis ikan yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk segera dilakukan budidaya karena hingga kini hanya dilakukan penangkapan saja dan sudah menurun hasil tangkapannya dari tahun ke tahun," ungkapnya.
Hangesti kemudian berharap nelayan Tegalbuleud tidak menangkap ikan sidat yang ada di sepanjang sungai setelah muara sungai, baik yang naik menuju hulu sungai atau yang turun dari hulu sungai menuju kelaut, agar ikan tersebut dapat mempertahankan kehidupannya dan berkembang biak di alam sekitar.
"Apalagi ikan sidat hingga kini belum bisa dipijahkan dan masih didapatkan dari hasil tangkapan alam. Sementara saat ini nelayan belum bisa menangkap ikan sidat karena faktor cuaca dan musim yang belum ada. Nelayan masih bisa mendapatkan hasil tangkapan lainnya seperti ikan kakap, ikan bawal, ikan belanak, ikan layur dan ikan ikan lainnya," jelasnya.
Menurut dia, ikan sidat memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan bersaing dengan ikan salmon. Kandungan energi pada ikan sidat bisa mencapai 270 kkal/100 g, kandungan vitamin A rata-rata 4700 IU/100 g. Itu membuat ikan sidat memiliki kandungan lebih baik daripada telur ayam dan susu sapi.
"Daripada ikan salmon, sidat lebih banyak mengandung Decosahexaenoic acid (DHA) sebanyak 1.337 mg/100 gram sementara ikan salmon hanya 820 mg/100 gram. Kandungan tersebut merupakan kandungan yang baik untuk pertumbuhan anak," ujarnya.
"Ikan sidat juga memiliki kandungan EPA (Eicosapentaenoic Acid) sebesar 742 mg/100 gram sementara salmon hanya 492 mg/100 gram atau tenggiri 409 mg/100 gram sangat bermaanfat bagi masyarakat," tambahnya.
Hangesti mengatakan, budidaya ikan sidat menjadi prioritas yang perlu dilakukan masyarakat di Desa Tegalbuleud sebagai penangkap glass eel terbanyak. Pasalnya jenis ikan tersebut yang punya peluang besar dalam membangun SDA dan SDM di Tegalbuleud.
Baca Juga: Sidat Banyak Diburu Di Sungai-sungai Sukabumi, Ternyata Banyak Manfaatnya
Ia memaparkan ada sejumlah keuntungan dan peluang budidaya ikan sidat. Salahsatunya Ikan sidat merupakan hidangan mewah yang punya harga tinggi.
"Harga ikan sidat bervariasi tergantung jenisnya yang dapat berkisar antara Rp200.000-300.000 per kg nya. Bahkan jika diekspor dapat lebih tinggi lagi harganya," jelasnya.
Menurutnya, ikan sidat punya potensi ekspor yang tinggi khususnya ke negara Jepang, Korea Selatan dan China. Kedua negara tersebut menjadi konsumen terbesar ikan sidat yang mengimpor hingga 500.000 ton ikan sidat per tahunnya. "Jumlah ini terus bertambah karena permintaan yang meningkat," ungkapnya.
Lebih lanjut Hangesti mengungkapkan bahwa budidaya ikan sidat memiliki kompetitor yang sedikit karena harganya yang cukup mahal, sehingga banyak Pembudidaya memilih ikan jenis lain yang mudah untuk diperjualbelikan seperti ikan gurame, nila, dan lele.
"Terakhir, produktivitas yang tinggi. Gunakan benih ikan sidat yang unggul, pemeliharaannya hanya selama 15-18 bulan dengan bobot berkisar antara 200-300 gram," tandasnya.