SUKABUMIUPDATE.com - Kisah pak Narto menjadi viral di tengah isu tukang parkir liar yang keberadaannya menuai protes. Pria 60 tahun ini adalah pak ogah atau polisi cepek di daerah Tambun Bekasi Jawa Barat yang sudah 4 kali ke tanah suci mekkah dari tabungan uang receh hasil kerjanya selama ini.
Sebelum ke pak Narto, profesi Pak Ogah adalah sebutan untuk seseorang (bukan petugas resmi) yang mengatur lalu lintas di persimpangan jalan. Kerjanya membantu memuluskan jalan bagi pengemudi yang ingin berbelok, menyebrang atau memutar haluan. Caranya dengan memberhentikan atau memperlambat arus lalu lintas yang sedang melaju.
Rata-rata pengemudi yang dibantu itu akan memberi imbalan. Tarifnya tidak ditentukan alias seikhlasnya saja. Dari sana muncul penamaan Pak Ogah alias Polisi Cepek.
Kembali ke Pak Narto, kepada SuaraBekaci.di (jaringan suara.com), dengan malu ia mengakui jika ia sudah 4 kali berangkat umroh, dari hasil kerjanya sebagai pak ogah. "InsyaAllah sudah empat kali (Umroh) dari hasil markirin," kata Narto, Kamis 9 Mei 2024.
Pria yang akrab disapa Pakde masuk kategori pak ogah parkir ‘senior’, sudah lebih dari 10 tahun menekuni pekerjaannya, tepatnya sejak tahun 2012. Narto adalah warga kelahiran Jawa Tengah yang sudah lama merantau di Bekasi.
"Dulu saya kerja serabutan apa aja sebelum di jalan. Saya juga udah macem-macem dagang, terakhir dagang nasi bareng istri," tuturnya.
Sebagai juru putar kendaraan, ia memulai pekerjaannya sekitar pukul 10.30 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Narto akan mulai memandu pengendara yang hendak putar balik di depan PT. Citra Galvanizing Indonesia, Tambun, Kabupaten Bekasi. Kemudian, dia bakal berpindah tempat ke putaran balik depan Naga Pasar Swalayan, Tambun, Kabupaten Bekasi pada pukul 14.00 WIB.
Narto menyebut, dalam sehari hasil ia rata-rata memperoleh uang kisaran Rp200 ribu. Pendapatan itu diambil maksimal 50 ribu untuk biaya hidupnya dalam sehari. Selebihnya, uang ditabung untuk biaya pendidikan ketiga anaknya.
"Saya buat ngirimin anak sekolah di kampung, yang satu sekolah perguruan tinggi, satu Madrasah Aliyah (SMA sederajat), terakhir Madrasah Tsanawiyah (MTS)," tutur Narto.
Ketika tabungan anaknya sudah terpenuhi, barulah Narto menyisihkan uang untuk berangkat ke Tanah Suci. "Kita kumpulkan dikit-dikit, nabung di travel sisa-sisa buat transfer anak, itu kita tabung di travel. Kira-kira sudah mendekati berangkat saya langsung lunasi."
Narto menceritakan, umroh pertamanya 3 tahun setelah istrinya meninggal dunia. "Kalau yang pertama bulan September 2019," ujar Narto.
Setahun setelahnya di tahun 2020, Narto berencana berangkat Umroh lagi pas Ramadan. Sayangnya, ia tak jadi berangkat ke Tanah Suci di tahun itu karena ditipu oleh jasa travel.
"Yang keduanya kita ketipu orang, sama travel yang kita berangkat 2019 itu, udah masuk 47 juta, kabur orang travelnya pindah," katanya.
Dengan tulus dan ikhlas Narto tak memperpanjang perkara tersebut. Usai ditipu, dua tahun setelahnya Narto kembali melaksanakan ibadah Umroh. Impiannya terwujud, umroh pada bulan suci Ramadan.
Bahkan, ia menunaikan ibadah puasa sambil Umroh di Tanah Suci sebanyak dua kali, terakhir pada Ramadan 2024. Baginya, bisa sampai ke Tanah Suci apalagi bertepatan dengan bulan Ramadan merupakan nikmat yang luar biasa dari Allah SWT.
Baca Juga: 8 Bahasa Tubuh Orang yang Memiliki Banyak Tekanan Hidup, Kamu Termasuk?
Sebab, Narto meyakini bahwa menjalani ibadah puasa di Tanah Suci bakal lebih banyak keberkahan yang ia rasakan. "Memang sengaja (Umroh) bulan Ramadhan. Katanya kan kata Ulama kalau Umroh bulan Ramadan memang harganya spesial lebih mahal, cuma kan saya mengambil pahalanya aja dan lebih khusyuk di sana," ujarnya.
Dia pun mengingatkan, utamanya kepada umat muslim agar juga bisa semangat menyisihkan sebagian rezekinya untuk ditabung di jalur ibadah. Bilamana kita mendapatkan rezeki dari Allah SWT, kita sisihkan untuk menabung ya biar bisa berangkat Umroh, utamakan ibadahnya," tandasnya.
Sumber: Mae Harsa/suara.com