SUKABUMIUPDATE.com - Penemu dan pendiri konsep pengembangan sumberdaya manusia ala STIFIn, Farid Poniman, wafat di Bandung Sabtu (27/1) dini hari setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Farid meninggal di usia 59 tahun. Dia dimakamkan di Firdausi Memorial Park, Kabupaten Bandung.
Farid mulai mengenalkan konsep pengembangan SDM (sumber daya manusia) berbasis) dengan STIFIn sejak 2009. Sampai saat ini sudah 576.142 orang yang menggunakan metode ini dan memiliki 90 cabang di seluruh Indonesia dan termasuk di Singapura dan Malaysia.
“Bapak Farid Poniman menghembuskan napas terakhirnya pada Sabtu pukul 02.30 WIB di rumah sakit. Dia meninggal dengan wajah tersenyum,” kata Jamil Azzaini, besan dari Farid Poniman yang memberikan sambutan perpisahan mewakili keluarga pada saat menjelang shalat jenazah di Masjid Darussalam, Bandung.
Baca Juga: Muhammadiyah Minta Jokowi Jadi Teladan Baik: Cabut Pernyataan Presiden Boleh Kampanye
Jamil Azzaini, yang juga pendiri cabang khusus STIFIn Genetic (https://stifingenetic.com) menambahkan, “Allah telah mengatur semua terkait dengan waktu meninggalnya Farid Poniman.” Contohnya, saat dirawat di rumah sakit, sebagian anak dan menantunya sedang melakukan umrah. Ternyata, perjalanan umrohnya dipercepat satu hari, sehingga Jumat dan Sabtu dini hari, keluarga bisa mendampingi detik-detik terakhir Farid Poniman.
Farid Poniman sebelum menjadi entrepreneur pernah berkarier dan malang melintang di banyak perusahaan, termasuk perusahaan multinasional. Dia pernah bekerja di P&G, Harian Republika (sebagai kepala bagian marketing & communication), Majalah Ummat (sebagai general manager) dan kemudian menjadi entrepreneur dengan melahirkan Kubik Leadership dan STIFIn.
STIFIn menjadi konsep pengembangan SDM yang populer karena menurut Farid Poniman ini adalah “Konsep yang Simpel, Akurat dan Aplikatif,” katanya. Simple karena untuk mengetahui jenis mesin kecerdasan otak yang dominan seseorang, cukup hanya dengan satu sidik jari dan hasilnya dalam hitungan menit sudah keluar. Dia menambahkan disebut akurat karena validitas dan reliabilitasnya sangat tinggi, mencapai 95 persen.
Baca Juga: Ditinggal Pengajian Isra Mi'raj, Rumah Panggung Ludes Terbakar di Ciracap Sukabumi
“Ketika seseorang tes, kemudian diulang kecenderungan hasilnya adalah sama. Kenapa disebut
validitasnya tinggi, karena kebanyakan orang yang dites itu merasa gue banget. Cocok.”
Ada pun disebut Aplikatif menurut Farid, “Insya Allah seseorang akan menemukan jati dirinya, dan jalan untuk mencapai kesuksesan.” “Mas Farid Poniman telah menyebarkan banyak ilmu dan mencetak begitu banyak kader, termasuk saya dikader beliau saat diminta menjabat sebagai Direktur Kubik Leadership.” kata Dr. Indrawan Nugroho, CEO dari CIAS. “Mungkin awalnya banyak orang tak mengerti pikiran Mas Farid Poniman, tapi setelah berjalan waktu terbukti pikirannya benar.”
Sepeninggal Farid Poniman, menurut Jamil Azzaini, Yayasan STFIn Indonesia dan STIFIn Genetic akan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan STIFIn ke negara ASEAN lainnya. “Targetnya 200 cabang termasuk 20 cabang di luar negara Indonesai,” ujar Jamil, founder STIFIn Genetic.