SUKABUMIUPDATE.com - Penduduk Desa Kajoran, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, tak menyangka akan mendarat di tanah Sukabumi. Ketika itu, zaman penjajahan Belanda membawa mereka ke perkebunan di Desa Ujunggenteng dan Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, untuk dipekerjakan.
Cerita itu disampaikan perajin topeng cepetan bernama Eno (40 tahun) kepada sukabumiupdate.com. Eno adalah warga Kampung Jaringao RT 07/05 Desa Pangumbahan yang mengungkapkan bagaimana kesenian cepetan khas Kebumen berkembang di tanah Pajampangan Sukabumi, khsusunya di Kecamatan Ciracap.
Eno mengatakan kesenian tari cepetan yang aksinya memakai topeng ini, termasuk kuda lumping, dibawa penduduk Desa Kajoran ke Kecamatan Ciracap, terutama Desa Pangumbahan, Ujunggenteng, dan Gunungbatu. Mereka awalnya akan dibawa ke Kalimantan, namun ternyata diangkut ke Sukabumi menggunakan kapal laut dan berlabuh di Bagalbatre Pantai Ujunggenteng.
Di ketiga desa di Sukabumi itulah kesenian tersebut berkembang sampai akhirnya berdiri sanggar budaya Lingkung Seni Kuda Lumping dan Cepet.
Baca Juga: Melihat Kerajinan Kulit Ketupat di Sukabumi, Merawat Tradisi Islam di Nusantara
Sejak tiga tahun lalu Eno menjalani pekerjaannya membuat topeng cepetan. Dia mengaku ini adalah profesi sampingan karena sehari-hari dia menggembala kambing atau domba untuk menghasilkan uang. Eno mempelajari cara membuat topeng cepetan dari almarhum ayahnya yang semasa hidup juga sering membuat kerajinan wayang golek.
"Bahan membuat topeng cepetan adalah kayu pohon lame dan randu. Proses pembuatannya masih menggunakan alat manual seperti pahat dan pisau. Untuk membuat satu topeng membutuhkan waktu kurang lebih satu pekan, sampai bisa digunakan. Tapi tergantung ukuran. Jadi waktunya bervariasi," kata dia pada Sabtu (23/9/2023).
Eno mengatakan pemasaran topeng buatannya saat ini masih mengandalkan sanggar seni di lingkungannya yakni ketika ada pesanan. "Harganya antara Rp 350 ribu sampai Rp 400 ribu. Kami membuat topeng ini tidak sembarangan, sebelum dan sesudahnya dilakukan ritual, hadiah, atau syukuran yang dilakukan malam Jumat," ujarnya menjelaskan.
Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Desa Pangumbahan, Dika, mengatakan pihaknya akan membantu memasarkan topeng cepetan yang dibuat Eno sebagai bagian dari dukungan pemerintah terhadap kegiatan ekonomi kreatif. "InsyaAllah kami akan bantu dalam pemasaran atau ketika ada pesanan dari luar daerah," kata dia.