SUKABUMIUPDATE.com - Kota Sukabumi ternyata memiliki daerah yang dijuluki Kampung Ketupat. Tempat ini berlokasi di Limusnunggal RT 03/06 Kelurahan Limusnunggal, Kecamatan Cibeureum. Keterampilan masyarakat dalam membuat cangkang ketupat dianggap menjadi alasan bertahannya produksi makanan ini di kampung tersebut.
Penamaan Kampung Ketupat sebenarnya sudah sejak dulu. Namun, tempat ini mulai viral lalu dikenal banyak orang pada momen Idul Fitri 2022. Masyarakat dengan keterampilannya membuat kampung di Limusnunggal tersebut seolah-olah dipenuhi ketupat. Ibu-ibu di tempat ini dengan telaten membuat cangkang ketupat di rumahnya masing-masing.
Hal itu setidaknya diketahui dari pantauan sukabumiupdate.com di lokasi pada Rabu (28/6/2023). Ratusan bahkan mungkin ribuan ketupat yang sudah matang terlihat memenuhi ruangan yang ada di rumah-rumah warga. Ketupat tersebut kemudian akan langsung dijual kepada para konsumen, apalagi saat ini menjelang Idul Adha 1444 Hijriah.
Abdul Muis, salah satu pemilik industri rumahan ketupat di kampung ini mengatakan keterampilannya membuat ketupat dapatkan turun-temurun dari orang tuanya. "Yang bisa bikin ketupat dari dulu juga dari sini. Saya dari bapak sejak 1975, sekarang generasi kedua. Kalau saya sendiri sejak 2010 (meneruskan usaha ketupat)," kata dia, Rabu.
Baca Juga: Laris Manis Kulit Ketupat di Pasar Palabuhanratu Sukabumi Jelang Lebaran
Abdul menyebut kampung tempat tinggalnya memang sudah lama menjadi pusat pembuatan ketupat di Kota Sukabumi, meski baru mulai dikenal banyak orang saat Idul Fitri tahun lalu. Menurut dia, hampir semua warga di kampungnya mencari penghasilan dengan membuat ketupat, terutama saat menjelang hari raya seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Produksi ketupat di kampung ini berjalan setiap hari. Abdul sendiri mampu mendapatkan omzet lebih dari Rp 5 juta sehari dengan membuat 5 ribu ketupat pada hari-hari biasa. Sementara saat hari raya seperti Idul Fitri dan Idul Adha, dia mengaku dapat meghasilkan omzet penjualan hingga Rp 30 juta sehari dengan memproduksi sekitar 20 ribu ketupat.
Ada perbedaan harga pada setiap ketupat, di mana hari biasa Rp 15 ribu per 10 ketupat, sedangkan ketika hari raya Rp 25 ribu dengan jumlah yang sama. Adapun daun kelapa yang menjadi bahan pembuatan cangkang ketupat di tempat Abdul, diambil dari perkebunan kelapa di wilayah Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
"Pasti ada kenaikannya (penjualan) hampir 50 persen lebih. Omzet sehari kalau saat hari raya alhamdulillah bisa mencapai Rp 30 juta," katanya.
Dalam memproduksi 5 ribu ketupat, Abdul membutuhkan 2 kuintal beras atau 200 kilogram. Sementara saat hari raya dia bisa menghabiskan kurang lebih 1 ton beras untuk 20 ribu ketupat. Menurutnya, ketupat Sukabumi punya khas karena pembuatannya berbeda dengan daerah lain. Ciri khas ini terdapat pada rasa dan warna kulit yang awalnya hijau berubah menjadi cokelat kemerahan setelah dimasak. Ketupat Sukabumi juga mampu bertahan selama tiga hari.
"Sama seperti yang lain direbus, tapi ada bumbu rahasia. Seperti warnanya merah, tapi yang putih juga ada. Beda-beda ketupat itu. Kalau khas Sukabumi warna merah," katanya.