SUKABUMIUPDATE.com - Tanah liat akan bernilai manfaat bahkan bernilai ekonomis apabila diolah oleh tangan kreatif, seperti halnya Sarwono Demang (55 tahun) warga Kampung Jaringao RT 07/05 Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, yang membuat asbak dari tanah liat.
Aktivitas membuat asbak dari tanah liat ini mulai dilakukan sejak 5 bulan lalu. Sarwono membuat asbak dengan memanfaatkan waktu luangnya selepas bekerja di perkebunan.
"Kalau lagi banyak waktu luang setiap tiga hari bisa membuat 10 buah," ujar Sarwono kepada sukabumiupdate.com, Selasa (30/5/2023).
Tercetusnya ide membuat asbak dari tanah liat ini karena banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Pantai Ujunggenteng dan Pantai Pangumbahan. Dia berpikir kalau asbak yang dibuatnya bisa menjadi souvenir wisatawan yang berkunjung ke pantai di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi.
Baca Juga: Bikin Bu Siti Bersuami 2 Viral, Siapa Ki Bungsu Kawangi?
Apalagi asbak yang dibuat oleh Sarwono berbentuk penyu, satwa iconik di wilayah pantai di wilayah tersebut.
"Kami berpikir selama ini banyak pengunjung ke Pantai Ujunggenteng dan Pantai Pangumbahan, namun mereka wisatawan tidak mendapatkan cinderamata. Makanya kami mencoba untuk membuat kerajinan dengan bekerjasama dengan pengelola Konservasi Penyu dan ini sebagai icon Pantai Pangumbahan," ungkapnya.
Selain dipasarkan di Konservasi Penyu, asbak tersebut juga dijual melalui online kemudian ada beberapa villa dan penginapan yang sudah bekerjasama dalam pemasaran. "Kalau masalah harga relatif, mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu," ucapnya.
Sarwono menyatakan bahan utama yang digunakan untuk membuat asbak tersebut adalah tanah liat.
Tanah liat itu diaduk dengan air lalu disaring untuk membuang pasir atau kerikil. Tanah liat itu kemudian didiamkan selama 2 hari. Adapun alat-alat yang digunakan untuk membuat asbak adalah pisau cutter, pisau pemotong roti, sendok, belahan gunting, dan cat serta mata mainan.