SUKABUMIUPDATE.com - Perwapas adalah organisasi yang dibentuk untuk memastikan keamanan pasar termasuk kebersihan. Walaupun mirip, peran dan fungsi Persatuan Warga Pasar ini tak seperti cerita kang mus cs di sinetron Preman Pensiun, tapi lebih dari pedagang untuk pedagang, seperti di Pasar Cisaat Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Mirip preman pensiun karena perwapas bertanggung jawab penuh soal keamanan pasar. Namun organisasi itu selalu menghindari bentrokan fisik jika terjadi masalah keamanan, lebih memilih penyelesaian kekeluargaan untuk masalah-masalah diluar pelanggaran hukum.
Persatuan warga pasar ini punya tugas sebagai pemantau dan penjaga keamanan, kebersihan serta permasalahan yang terjadi di ruang lingkup pusat perdagangan. Perwapas adalah organisasi resmi yang berada dibawah naungan dinas perdagangan dan perindustrian lewat UPTD Pasar.
Baca Juga: Hadiri Deklarasi Sanggar Seni, Wabup Sukabumi Bicara Pelestarian Budaya Sunda
Ketua dan anggota Perwapas dipilih oleh musyawarah warga pasar, sehingga ketua dan anggotanya adalah para pedagang pasar.Operasionalnya didapat dari iuran warga pasar.
Didin Saepudin alias Kang Boking (44 tahun) adalah Ketua Perwapas Cisaat Kabupaten Sukabumi. Sehari-hari Kang Boking adalah pedagang di lapak daging sapi, di sela jualan dia juga punya tanggung jawab memonitoring keamanan dan kebersihan serta ketertiban warga pasar.
Boking dan jajarannya setiap hari melakukan patroli, memastikan tidak ada gangguan keamanan. Disini fungsinya mirip sinetron preman pensiun, memastikan tidak ada copet atau pelaku kejahatan yang mengganggu kenyamanan pedagang dan konsumen, termasuk keamanan barang dan aset pedagang.
Baca Juga: Sering Bantu Guru, Kenangan Siswa SD di Palabuhanratu Sukabumi yang Tewas Dibacok
Tugasnya tidak itu saja, perwapas juga memastikan tidak ada sampah yang bertebaran. “Kami memastikan sampah tidak berserakan, disimpan di tempatnya dan nanti diangkut ke TPS pasar,” ucap Kang Boking kepada sukabumiupdate.com, Jumat 3 Maret 2023.
Untuk keamanan dan kebersihan pasar, pedagang membayar iuran harian sebesar Rp 3000. Per bulan Perwapas mengumpulkan anggaran kurang lebih Rp 50 juta.
“Ada kurang lebih 700 pedagang di Pasar Cisaat jika dihitung dari jumlah los, kios, ruko dan lainnya. Tapi yang iuran hanya sekitar 500 pedagang, karena ada satu pedagang yang punya beberapa ruang dagang,” jelasnya.
Baca Juga: Ibing Jadi Korban Salam Olahraga di Preman Pensiun 8, Bagaimana Sikap Bubun?
Anggaran perwapas paling besar dialokasikan untuk kebersihan, angkut sampah dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup) mencapai RP 4,5 juta per bulan dan Rp 4 juta per bulan untuk operasional truk angkut sampahnya dari pasar ke TPA Cimenteng.
Menurut Kang Boking yang baru 1 tahun menjabat Ketua Perwapas Pasar Cisaat, organisasi ini terdiri dari 13 orang, 4 orang shift siang dan 9 orang shift malam. “Masing-masing pekerja mendapatkan honor atau gaji Rp 1,3 juta per bulan,” lanjutnya.
Selain itu, alokasi anggaran perwapas sendiri disalurkan untuk sejumlah kegiatan program kerja berdasarkan musyawarah warga pasar. Seperti Jumat Berkah setiap minggu, acara PHBI, dan kegiatan lainnya yang mencakup 8 asnaf yaitu untuk fakir miskin, amil, muallaf, gharim, riqab, fisabilillah, dan ibnu sabil,” pungkas Kang Booking.
Baca Juga: Rumah Tabung Bambu, Relawan Ungkap Kebutuhan Huntara Korban Gempa Cianjur
Perwapas juga menjadi alat perjuangan pedagang saat harus memperjuangkan aspirasi. Baik itu berhubungan dengan pemerintah atau pihak lainnya.
Unit pengelola teknis daerah (UPTD) Pasar Cisaat melalui Staff Unit Agus Gumilar menegaskan bahwa perwapas adalah sebagai wadah aspirasi warga pasar. Salah satu perannya yang menonjol menciptakan pasar tradisional yang lebih baik, aman bersih dan nyaman.
“Perwapas adalah warga pasar sendiri. Jadi mereka tahu kebutuhan apa yang harus didahulukan dalam rangka memajukan perekonomian pedagang pasar tradisional. Membantu meningkatkan kontribusi pendapatan asli daerah serta mengoptimalkan peran unit dalam mengelola pasar,” jelasnya.
Reporter: Restu (Kontributor)