SUKABUMIUPDATE.com - Diberhentikan dari tempat kerja yang selama ini jadi sumber penghasilan utama bukan perkara mudah untuk diterima. Pemuda 28 tahun asal Parungkuda Kabupaten Sukabumi ini merasakan bagimana pahitnya di PHK (pemutusan hubungan kerja).
Namanya Tri Endo Rukmono, tinggal di Desa Babakanjaya, Kecamatan Parungkuda Kabupaten Sukabumi. Tri adalah satu dari banyak orang yang harus merasakan di PHK, saat ia masih bersemangat kerja.
Tri di PHK dari perusahaan tempatnya bekerja di Jakarta. Saat itu, honor per bulan Tri sudah menyentuh angka Rp 3,8 juta, sesuai UMK DKI Jakarta, cukup bagi pemuda sederhana yang masih berstatus belum menikah ini.
Siapa sangka nasib berkata lain. Tiga tahun bekerja, Tri harus menerima kenyataan pahit menjadi pekerja yang di PHK.
Kondisi tersebut sempat membuatnya drop, karena penghasilan dari bekerja itu sebagai penyangga kehidupan. Tak hanya kehilangan penghasilan, Tri juga harus menerima kenyataan rencana pernikahannya pupus.
"Tabungan semasa bekerjapun mulai terkuras selama menganggur," bebernya kepada sukabumiupdate.com, 29 September 2022.
Ia tak terlalu optimis bisa dapat pekerjaan lagi. Pesimis untuk melamar pekerjaan, karena umur terus bertambah. Ia merasa jika nanti diterima kerja, kejadian yang sama terulang kembali, habis kontrak dan tidak diperpanjang atau PHK karena alasan tertentu.
Tetap menjadi pekerja bukan jadi pilihan Tri. "Pilihan saya ya harus punya penghasilan dari pekerjaan yang tidak mengikat," lanjutnya.
Ia pun mencoba kembali menekuni dunia digital marketing. Skill yang sudah dikenalnya sejak masih bekerja sebelum kena PHK, namun saat itu waktu terbatas untuk didalami.
"Saya belajar otodidak dari internet dan media sosial. Sisa tabungan saya beli komputer, untuk membantu menjadi digital marketing freelance," beber Tri.
Baca Juga :
Tak butuh waktu lama. Bulan pertama ia sudah dapat banyak job pemasaran digital. Perminggu kini Tri bisa mendapatkan penghasilan dalam kisaran hingga Rp 2 juta rupiah.
Karena dinamis, Ia terus memperdalam ilmu digital marketingnya hingga kini. "Ikut komunitas digital marketing dan lainnya untuk menambah wawasan. Tidak ada kata mahir di digital marketing karena perkembangan dan perubahannya terus terjadi," pungkas Tri.
REPORTER: IBNU (MAGANG)