SUKABUMIUPDATE.com - Masyarakat di wilayah Pajampangan, Kabupaten Sukabumi, sudah tidak asing dengan keberadaan pasar mingguan. Meski sektor ekonomi terseret iklim digitalisasi dan pasar modern berdiri di banyak tempat, kehadiran pasar tradisional dengan jadwal sepekan sekali, tetap diminati warga.
Pasar mingguan di wilayah Pajampangan--mencakup beberapa kecamatan di Kabupaten Sukabumi--menjadi alternatif penyedia kebutuhan warga, mulai pangan, sandang, hingga barang-barang primer lain yang dijajakan dalam ranjang bambu. Pasar mingguan di sejumlah kecamatan ini memiliki hari yang berbeda.
Kepala Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Anton Muharom, mengatakan pasar mingguan di wilayahnya biasa digelar pada Kamis. Sementaran di Kecamatan Kalibunder, biasanya buka hari Minggu. "Ada bermacam dagangan, mulai sembako, sayuran, makanan jadi, hingga pakaian," kata dia pada Rabu (7/9/2022).
Pedagang pasar mingguan di Cimanggu dan Kalibunder rata-rata masih berasal dari wilayah Pajampangan. Mereka mulai buka dagangan sejak pagi hingga pukul 11.00 WIB di beberapa lokasi seperti dekat jalan, lapang, sampai dekat kantor desa.
Hidayah (45 tahun), pedagang pakaian dan aksesoris asal Kecamatan Jampangkulon mengaku sudah hampir 10 tahun berjualan di pasar mingguan. Hidayah biasa berjualan dari satu pasar mingguan ke pasar mingguan lain di wilayah Pajampangan, seperti hari Kamis di Desa Sukamukti, Kecamatan Waluran; Jumat di Desa Cikangkung, Kecamatan Ciracap; Sabtu di Desa Gunungbatu, Kecamatan Ciracap; dan di Kampung Cibungur, Desa Pasiripis, Kecamatan Surade.
"Memang sekarang sudah banyak persaingan dalam berjualan. Adanya pasar semi modern dan aplikasi online. Tapi pasar tradisional masih bertahan, sejak dulu hingga sekarang, walaupun dalam pendapatan jelas ada penurunan," kata Hidayah.
Tokoh Pajampangan, Kamaludin (72 tahun), mengatakan pasar tradisional di Jampangkulon pertama kali ada pada 1911. Di Jampangkulon, pasar tradisional mingguan ini biasanya muncul pada hari Selasa di Alun-alun Jampangkulon. Sedangkan di Surade setiap Rabu dan ada beberapa titik pasar mingguan di Ciracap.
Kamaludin menyebut semula yang dijual di pasar mingguan adalah beragam hasil bumi seperti kencur, kacang tanah, bakau mole atau bakau kabiri, genjer, kangkung, ikan mas, dan lain-lain.
Ada pula hasil industri masyarakat antara lain tikar dari daun pandan produk Desa Cimahpar, tikar walini dari Kampung Cikawung, Kecamatan Cibitung, garam Cicaladi, gula merah Mbah Chani, peralatan tani seperti golok, pacul, parang, hingga kerajinan panday atau gosali dari Cibodas dan Cikored, Kecamatan Cibitung.
"Terus impor dari kota misal lawon geblogan (kain) dimeter saperti dril CP Barkolin dan yang lainnya. Hari pasar biasanya ada hiburan juga seperti sulap sambil dagang obat. Terus suka ada penjual jamu cap jago dan anggur cap orang tua," katanya.
Menurut Kamaludin, pasar mingguan di Kecamatan Surade dibuka pada tahun 1918, lalu di Desa Citanglar tahun 1924 bersamaan dengan peresmian balapan kuda di Citamiang di Pasirgaling, hingga pada 1957 pindah ke tempat lapang sepak bola yang sekarang. Selanjutnya di Ciracap mulai buka tahun 1960 dan berkembang di tahun-tahun berikutnya.
"Ini sumber dari Pak Saleh Somapraja bin R Kobot (mantri polisi praja distrik atau Kewedanaan Jampangkulon). Pak Kobot bertugas sebagai mantri polisi praja tahun 1880. Beliau halir pada 1891 dan meninggal tahun 1994 di Surade," kata Kamaludin.