SUKABUMIUPDATE.com - Masih banyak yang belum sadar tentang pentingnya memiliki dana darurat, padahal kondisi atau situasi yang tidak terduga bisa terjadi kapan saja. Dana darurat penting dimiliki untuk digunakan disaat genting.
Melansir dari Tempo.co, perencana keuangan, Anissa Steviani membagikan cara mengumpulkan dana darurat yang disisihkan dari penghasilan bulanan agar orang dapat menjalani hidup dengan tenang, baik sekarang maupun masa datang.
Menurutnya, dana darurat penting untuk segera disisihkan mengingat kondisi tak terduga dan mendesak dapat terjadi sewaktu-waktu.
Baca Juga :
Tanpa dana darurat biasanya orang semakin sulit melakukan pengelolaan keuangan. Salah satu cara yang paling cepat untuk menyimpan dana darurat yaitu dengan mengalokasikan pendapatan di luar upah pokok yang hanya didapatkan dalam kurun waktu tertentu, misalnya dari Tunjangan Hari Raya (THR). Namun, ia mencatat tidak banyak orang yang dapat melakukan cara ini.
“Kalau pakai persentase itu idealnya kita bisa menabung 10 persen saja dari penghasilan. Tapi, untuk bisa sampai satu kali dana darurat saja, maksudnya 10 persen penghasilan untuk menjadi 100 persen, itu perlu 10 bulan kita baru mengumpulkan sekali dana darurat,” kata Anissa.
Bagi yang belum menikah, ia menjelaskan orang itu dapat menggunakan hitungan tiga kali pengeluaran agar terkumpul sebagai dana darurat. Hitungan tersebut semakin naik seiring jumlah orang yang ditanggung. Anissa menambahkan bagi yang sudah menikah, maka dana darurat yang disarankan enam kali pengeluaran.
Jika sudah memiliki satu anak, sembilan kali. Kemudian, jika satu anak akan menempuh jenjang pendidikan, maka sembilan kali pengeluaran.
“Anaknya satu dan mau sekolah, pertanyaannya kapan bisa sampai sembilan kali pengeluaran bulanan? Lama banget. Tapi yang harus dipahami, ini merupakan perjalanan. Jadi, tidak apa-apa kalau pelan-pelan mengumpulkan dana darurat itu tapi sudah tahu tujuannya apa,” jelas Anissa.
Walau dilakukan secara bertahap, Anissa mengingatkan agar pengumpulan dana darurat jangan sampai berhenti di tengah jalan atau malah mengalami kemunduran.
Ia juga mengingatkan agar jangan sampai mengutang atau menggunakan pos keuangan lain untuk menutupi kebutuhan dana darurat.
Anissa mencontohkan bagaimana ia baru mampu mengumpulkan dana darurat sembilan kali pengeluaran bulanan setelah enam tahun melakukan perencanaan keuangan.
“Namanya hidup memang terus berjalan dan terus berubah-ubah, tapi setidaknya kita sudah tahu tujuannya ke mana dan berapa yang harus kita kumpulkan,” katanya.
Berdasarkan hasil survei Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2020, sebanyak 46 persen orang Indonesia hanya bisa bertahan selama satu minggu serta 9 persen lainnya bertahan lebih dari enam bulan dalam penggunaan dana darurat.
“Sedikit banget orang Indonesia yang bisa bertahan hidup lebih dari enam bulan kalau misalnya terjadi kondisi darurat yang memungkinkan kita untuk kehilangan semua harta, misalnya pencurian. Jadi, kita harus ulang lagi dari nol,” jelas Anissa.
SUMBER: TEMPO.CO