SUKABUMIUPDATE.com - Apa sih hubungan antara uang dan kebahagiaan? Salah satu pertanyaan paling abadi dalam ilmu kesejahteraan manusia ini coba dijawab oleh Matthew Killingsworth, seorang senior di Penn's Wharton School dalam studi yang dilakukannya di Amerika Serikat. Ia mencoba memberi penjelasan dari pertanyaan tersebut.
Matthew Killingsworth mencari tahu bagaimana hubungan antara uang dan kebahagiaan dengan mengumpulkan 1,7 juta data dari sekitar 33.000 peserta yang memberi gambaran soal perasaan mereka selama menjalani kehidupannya sehari-hari.
Hasil studinya ini termuat dalam sebuah jurnal yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America pada Januari 2021. Killingsworth mengatakan bahwa uang memang mempengaruhi kebahagiaan.
Ia melakukan sebagian besar studi ini dengan menggunakan teknik yang disebut pengambilan sampel pengalaman, yakni meminta orang untuk berulang kali mengisi survei singkat pada waktu-waktu yang dipilih secara acak sepanjang hari.
Killingsworth menuturkan, hal tersebut memberinya informasi ihwal apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata orang-orang ketika mereka menjalaninya. Termasuk dalam beragam momen seperti saat mereka bekerja, mengobrol, makan, bahkan menonton televisi.
Sebagian besar penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan hubungan uang dan kebahagiaan berfokus pada kesejahteraan evaluatif, yang mencakup kepuasan hidup secara keseluruhan. Namun untuk studi ini, Killingsworth bertujuan untuk menangkap, baik kesejahteraan evaluatif maupun yang berpengalaman, yang terakhir menunjukkan bagaimana perasaan orang pada saat itu.
Melalui aplikasi yang ia buat bernama Track Your Happiness, orang-orang merekamnya beberapa kali setiap hari, dengan waktu check-in diacak setiap peserta. Untuk mengukur kesejahteraan yang dialami, setiap check-in bertanya kepada peserta, "bagaimana perasaan Anda saat ini?" dengan skala jawaban mulai dari "sangat buruk" hingga "sangat baik".
Setidaknya sekali selama proses berlangsung, peserta juga menjawab pertanyaan, "secara keseluruhan, seberapa puaskah Anda dengan hidup Anda?" dengan skala jawaban "tidak sama sekali" hingga "sangat ekstrem".
"Studi ini memberi gambaran yang berulang tentang kehidupan orang-orang, yang secara kolektif memberi kita gambar komposit soal kehidupan mereka," katanya.
Dari jumlah total 33.391 pekerja berusia 18-65 tahun di Amerika Serikat dan memberikan 1.725.994 laporan kesejahteraan yang dialami, Killingsworth lalu menghitung tingkat rata-rata kesejahteraan mental atau kebahagiaan setiap orang dan menganalisis hubungannya dengan pendapatan.
Ia menemukan bahwa seluruh bentuk kesejahteraan mental terus meningkat seiring dengan pendapatan yang juga meningkat. Killingsworth mengatakan, orang yang berpenghasilan lebih tinggi, lebih bahagia. Sebagian disebabkan karena meningkatnya rasa kendali atas hidup mereka.
"Saat Anda memiliki lebih banyak uang, Anda memiliki lebih banyak pilihan tentang bagaimana menjalani hidup Anda," ucapnya.
Hal itu dapat dilihat dalam situasi pandemi ini, dimana orang yang hidup dari gaji ke gaji lalu kehilangan pekerjaannya mungkin akan mengambil peluang pekerjaan pertama yang tersedia agar tetap bertahan, meskipun mereka tidak menyukainya.
Sementara orang yang memiliki bantalan finansial dapat menunggu keputusan atau peluang pekerjaan yang lebih cocok. Dalam semua keputusan besar dan kecil, memiliki lebih banyak uang memberi seseorang lebih banyak pilihan dan rasa otonomi yang lebih besar.
Namun Killingsworth juga menuturkan, pilihan terbaik adalah tidak mendefinisikan kesuksesan dalam istilah moneter. Meskipun uang mungkin baik untuk kebahagiaan, tapi ternyata ia juga menemukan bahwa orang yang menyamakan uang dan kesuksesan kurang bahagia daripada mereka yang tidak.
Killingsworth menemukan bahwa orang yang menghasilkan lebih banyak uang, bekerja lebih lama dan merasa lebih terdesak waktunya.
Jadi meskipun penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan penting, namun Killingsworth juga tidak ingin memaksakan gagasan bahwa orang harus lebih berfokus pada uang. Faktanya, dia menemukan bahwa pada realitanya pendapatan hanya penentu kebahagiaan yang sederhana.