SUKABUMIUPDATE.com - Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan masalah komunikasi, keterampilan sosial serta perilaku. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), satu dari 160 anak di dunia pasti mengidap masalah kesehatan ini.
Sayangnya, masih banyak mitos yang beredar seputar autisme. Agar tidak salah persepsi dan informasi, situs Boldsky dan Autism Speaks pun meluruskan beberapa di antaranya.
Mitos pertama: Autisme disebabkan oleh pola asuh dan vaksin yang salah
Banyak yang mengatakan bahwa autisme bisa muncul seiring dengan pola asuh dan pemberian vaksin yang salah bagi anak. Padahal, para peneliti mengatakan tidak ada bukti yang mendukung vaksinasi pada masa kanak-kanak dan pola asuh yang buruk menyebabkan perkembangan autisme. Bahkan, hingga kini belum ada penyebab jelas dari autisme itu sendiri.
Mitos kedua: Orang dengan autisme tidak memiliki perasaan
Ada kesalahpahaman tentang orang autis sehingga mereka dianggap tidak dapat merasakan atau mengekspresikan isi hati. Padahal, penelitian telah menunjukkan kebanyakan orang autis mampu merasakan atau mengungkapkan cinta atau empati.
Beberapa orang mungkin menunjukkan perasaan dengan cara yang kurang jelas. Tetapi itu tidak berarti mereka tidak dapat merasakan atau mengungkapkan perasaan.
Mitos ketiga: Semua penyandang autisme memiliki kemampuan luar biasa
Beredar pendapat anak autisme memiliki kemampuan yang luar biasa dalam satu atau lebih bidang, seperti memori, seni, musik, perhitungan matematika, dan kemampuan komputer. Meski hal tersebut benar, namun rasionya hanya satu dari 10 orang autis saja yang memiliki kemampuan luar biasa. Sedangkan sebagian besar dari mereka memiliki keahlian biasa.
Mitos keempat: Anak autis itu kasar
Anak-anak dengan autisme mungkin terlihat bereaksi agresif. Hal tersebut utamanya karena mereka frustasi lantaran merasa sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain. Sebaliknya, ini bukan berarti mereka bertindak karena kedengkian atau menimbulkan bahaya bagi orang lain.
Mitos kelima: Autisme dapat disembuhkan
Saat ini tidak ada obat untuk autisme. Namun, terapi perilaku intensif dini dapat sangat meningkatkan perkembangan dan pembelajaran serta mengurangi gejala autisme pada anak.
Banyak pula program yang membahas berbagai kesulitan bahasa, perilaku, dan sosial yang terkait dengan autisme. Ini berfokus pada pengajaran anak-anak tentang bagaimana berkomunikasi dengan lebih baik atau bertindak dalam situasi sosial.
Sumber: Tempo.co