SUKABUMIUPDATE.com - Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Riskiyana mengatakan keluarga harus mengubah perilaku untuk mencegah penularan COVID-19. "Untuk menghadapi COVID-19 tentu kami berharap peran dari semua lapisan masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan dengan baik dan benar dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat," kata Riskiyana dalam seminar virtual "Penyintas COVID-19 Bicara" yang diadakan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Minggu 27 September 2020.
Ia menjelaskan, perilaku itu diubah dengan disiplin menjalankan protokol COVID-19 seperti memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.
Riskiyana menuturkan perubahan perilaku dalam adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi COVID-19 menjadi penting karena COVID-19 mengubah peradaban manusia seperti cara bergaul, berkantor, dan bekerja. "Dan keluarga mempunyai tantangan sendiri manakala berhadapan dengan situasi yang harus kita adaptasi dengan sikap-sikap dan perilaku-perilaku tertentu," ujarnya.
Riskiyana mengatakan kemampuan keluarga dalam beradaptasi dengan perilaku pencegahan COVID-19 akan meningkatkan ketahanan keluarga di masa pandemi.
Ketua Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) Trihono mengatakan melihat perkembangan COVID-19, penularan masih berlangsung dan belum diketahui kapan berakhirnya.
Oleh karena itu, protokol kesehatan harus tetap konsisten dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari di masa pandemi ini. "Menerapkan protokol kesehatan menjadi kunci melindungi diri sendiri dan orang lain," katanya.
Trihono menuturkan sebagian besar penderita COVID-19 tanpa gejala atau bergejala ringan, sehingga bisa bepergian ke mana-mana dan menjadi sumber penularan, untuk itu harus mencegah penularan dengan melakukan protokol kesehatan. "Yang OTG (orang tanpa gejala) pergi kemana-mana bisa menjadi penular," ujarnya.
Trihono mengajak seluruh masyarakat untuk mengubah stigma menjadi kepedulian. Kepedulian itu digalang dalam pemberdayaan suatu masyarakat di tingkat kecil yakni RT/RW, kemudian didukung dengan fasilitas dari pemerintah.
Informasi tentang pencegahan COVID-19 dan bahaya penularan COVID-19 harus disampaikan sesuai dengan budaya-budaya yang ada di tengah masyarakat sehingga pesan dapat diterima dan tersampaikan dengan baik. "Informasi mestinya berimbang, yang hoaks mestinya harus dilawan, hoaks itu membuat orang penderita COVID-19 jadi kurang bersemangat," tuturnya.
Sumber: Tempo.co