SUKABUMIUPDATE.com - Pandemi mengubah kebiasaan hidup. Semua orang berada dalam fase belajar untuk memulai kebiasaan baru dan mengubah ritme, ada yang siap ada yang tidak.
Psikolog & CEO Analisa Personality Development Center, Analisa Widyaningrum, mencontohkan salah satu perubahan itu adalah membiasakan diri menggunakan platform online dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk bekerja atau menemani anak belajar.
"Ketidaksiapan ini juga sering kali menimbulkan rasa stres yang dapat memicu respons dari tubuh kita dan jika tidak dikelola tentu dapat berakibat buruk, baik fisik maupun psikologis," ucap Analisa dalam Inspiring Glow Crystallure x Zeta Bags bertajuk Be Productive and Less Stress During Crisis, Kamis, 24 September 2020, dikutip dari Tempo.co.
Analisa mengatakan bahwa stres adalah persepsi psikologis maupun fisiologis ketika menghadapi tekanan baik dari internal maupun eksternal yang melibatkan seluruh sistem tubuh, perasaan, dan perilaku seseorang. Sumber stres berasal dari kondisi keseharian, kesehatan, finansial, dan pekerjaan, seperti yang banyak terjadi di masa pandemi.
"Pertama kali kita menerima sesuatu kaget dan shock, kemudian kita pun denial dan belum bisa menerima kondisi ini. Sampai kemudian perlahan bisa menerima, walau sumber stresnya sendiri belum hilang namun persepsi sudah bisa menerima," ucapnya.
Terdapat dua jenis dan penyebab stres. Pertama ialah acute stres yang bersifat short term atau sementara dan mendadak. Misalnya mengalami macet di jalan, telat masuk kantor, dan kejadian sehari-hari lainnya.
Kedua, chronic stress yang bersifat long term terjadi berulang kali dalam waktu lama. Misalnya masalah rumah tangga atau lingkungan tempat bekerja yang tidak menyenangkan.
"Perlu dipahami juga kalau sinyal stres ini sudah mempengaruhi gejala rasa cemas berlebih, tidak bisa tidur atau maunya tidur terus, bahkan sampai mengganggu aktivitas fisik, maka itu sudah bisa dikatakan mengalami gangguan," lanjutnya.
Untuk dapat mengontrol stres, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, kenali emosi terlebih dahulu, sadari apa yang terjadi, sumber stresnya apa, dan lakukan pengalihan sementara dengan aktivitas yang menyenangkan agar emosi lebih positif dalam menyelesaikan masalah.
Namun yang tak kalah penting lagi yang kedua, yaitu punya manajemen waktu yang baik supaya tetap memiliki quality time. “Kita juga harus ingat kembali tujuan jangka panjang yang lebih besar agar tidak teralih dengan sumber stres yang sedang dihadapi,” ujar Analisa.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Analisa mengatakan, yang paling penting ialah menerima emosi negatif yang kita alami bahwa tidak apa-apa kita tidak merasa apa-apa, jangan ditolak.
Lalu hitung berkah yang kita terima setiap pagi, bersyukur atas kesehatan yang diberikan. Jangan lupa juga self care atau peduli dengan diri sendiri, melakukan hal-hal yang kita sukai sesuai passion misal menulis, menggambar, perawatan tubuh, bertanam, dan masih banyak lagi.
Sumber: Tempo.co