SUKABUMIUPDATE.com - Hubungan bisnis antara Medina Zein dan Irwansyah memburuk hampir setahun belakangan. Konflik mencuat saat Medina Zein melaporkan Irwansyah karena diduga telah melakukan penggelapan dana perusahaan Bandung Makuta sebesar Rp 1,9 miliar. Namun Irwansyah menegaskan dana tersebut digunakan untuk membayar gaji karyawan dan sudah disepakati oleh seluruh pemilik saham.
Kabar terbaru kasus mereka telah dihentikan. Zaskia Sungkar bersyukur laporan kasus tuduhan penggelapan uang perusahaan Bandung Makuta yang dilayangkan Medina Zein kepada suaminya, Irwansyah, telah dihentikan sementara. Kabar bahagia ini langsung ia bagikan di Instagram Story miliknya pada Selasa, 11 Agustus 2020.
Kejadian yang menimpanya itu membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik. "Alhamdulillah selamat ya sayang. Belajar ikhlas dan sabar dari kamu, masya Allah," tulis Zaskia yang ditujukan untuk Irwansyah.
Polemik yang berujung saling sindir di media sosial tersebut sontak mendapat perhatian warganet. Banyak yang berpikir bahwa berbisnis sama teman seperti Irwansyah dan Medina Zein berisiko dalam hubungan pertemanan. Ada stigma kalau bisnis bersama teman rentan dengan konflik.
Benarkah bisnis dengan teman rentan memicu konflik? Konsultan keuangan dan bisnis usaha kecil dan menengah Fauziah Arsiyanti mengatakan bahwa hal tersebut benar sekali. Namun, berbisnis dengan bukan teman juga memicu konflik. Hal yang perlu dilakukan adalah mengantisipasinya.
"Intinya berbisnis dengan siapa pun bisa memicu konflik kalau tidak dikelola dengan benar," ucap Fauziah, dikutip dari Tempo.co, Jumat, 14 Agustus 2020.
Banyak faktor yang bisa jadi penyebabnya menurut Fauziah, antara lain tidak jelasnya pembagian tanggung jawab, tidak adanya kontrak tertulis soal hak dan kewajiban, tidak adanya time period.
Sering kali kontrak kerja antar teman justru butuh periode waktu karena “feeling dan chemistry” suka berubah seiring dengan berkembangnya waktu, kondisi dan keadaan masing-masing partner. Kalau sudah berkembang, mesti ada konsultan profesional untuk menengahi perbedaan pendapat
"Untuk masalah pembagian yang pasti harus adil dan harus dibicarakan dan tertulis di awal ilustrasi pembagian yang bisa dipakai. Misalnya yang punya uang bisa punya saham 50 persen, yang mengelola punya saham 50 persen, tapi masing masing harus meeting secara rutin untuk report," ucapnya.
Atau, lanjut dia masing-masing bisa investasi dengan jumlah sama, yang satu incharge marketing dan yang satu incharge produksi. Intinya apapun bisa dipakai asal adil dan masing-masing rela dengan keputusan tersebut.
"Semua dikembalikan ke kontrak, harus punya hati dan niat yang baik, biasanya kalau salah satu ada yang tidak cocok bisnisnya akan guncang atau mental. Nah yang mental bisa yang tidak baik, kadang justru yang mental itu yang baik sudah tidak cocok lagi di kondisi bisnis tersebut," ungkapnya.
Bedanya kalau berbisnis dengan teman, menurut Founder PT Fahima Advisory ini, jika bermasalah atau mengalami wanprestasi jangan pernah dibawa ke perdata, selesaikan secara kekeluargaan.
Kalau tidak selesai relakan. Rezeki tidak akan kemana, tapi jangan sampai putus silahturahmi pertemanan karena uang. Kalau sudah masuk ke pengadilan hampir dapat dipastikan kebencian itu akan memuncak.
Sumber: Tempo.co