SUKABUMIUPDATE.com - Bagi sebagian orang, menerapkan gaya hidup zero waste bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut dibenarkan oleh pegiat gaya hidup zero waste dan penulis buku "Zero Waste Adventure", Siska Nirmala. Dia mengatakan butuh waktu satu tahun untuk membiasakan diri tidak membeli minuman dalam kemasan plastik.
"Zero waste butuh waktu yang panjang dan durasinya bisa berbeda pada setiap orang,” ujar Siska dari cuplikan webinar "7 Days Zero Plastic Challenge" seperti dikutip dari Tempo.co, Senin, 3 Agustus 2020.
Lebih lanjut, Siska membagikan langkah-langkah untuk memudahkan penerapan gaya hidup ramah lingkungan tersebut. Dia membagi proses meminimalisir sampah dalam tiga tahap dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda.
"Tiap level bisa beda-beda buat setiap orang, yang jelas, prosesnya harus bertahap," kata Siska.
Adapun tahapan-tahapan dalam menerapkan gaya hidup zero waste, antara lain:
Tahap awal
Pada tahap pertama, Siska menyarankan untuk meminimalisir penggunaan produk-produk dengan kemasan sekali pakai. Ada tiga hal yang bisa dilakukan dalam tahap ini, yaitu mengganti kantung plastik dengan tas belanja kain, membawa botol minum sendiri, dan membawa wadah makan sendiri.
Penggunaan ketiga wadah tersebut sangat efektif dalam mengurangi produksi sampah plastik. Terlebih, ketiganya selalu dipakai dalam konsumsi sehari-hari, seperti membeli bahan makanan atau minuman.
"Misal beli batagor dibungkus satu plastik, bumbunya dipisah satu plastik, sambalnya dipisah satu plastik, terus semuanya dibungkus plastik ganda, sudah ada lima plastik, dalam satu bulan sudah ada 150 sampah plastik dari batagor," ujar Siska.
Tahap menengah
Dalam tahap ini, proses meminimalisir sampah ditingkatkan dengan tiga hal lain, yaitu memilih makanan alami tanpa kemasan plastik, mengolah sampah organik menjadi kompos, dan eliminasi produk sampah.
Dalam memenuhi kebutuhan makanan, Siska mengimbau untuk memilih produk alami, seperti sayuran dan buah-buahan. Selain lebih praktis, sisa makanan natural tersebut dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos yang bernilai ekonomis.
Selain itu, potensi sampah dari produk-produk seperti bumbu masak, deterjen, dan peralatan mandi juga perlu diminimalisisir. Dalam meminimalisir produk-produk tersebut, Siska menyarankan memilih produk-produk yang benar-benar penting dan mencari alternatif produk yang dijual tanpa kemasan plastik sekali pakai.
Tahap lanjut
Pada level ini, ada dua hal yang bisa dilakukan pegiat zero waste. Pertama, menghindari pembelian produk-produk baru dan memproduksi barang-barang kebutuhan sendiri. Siska mengatakan, selain sampah dari kemasan plastik, barang-barang seperti baju juga berpotensi menjadi sampah.
Untuk meminimalisir potensi sampah tersebut, masyarakat bisa menghindari membeli barang-barang baru atau memanfaatkan barang-barang bekas di rumah untuk disumbangkan. Selain itu, masyarakat juga bisa membuat sendiri produk-produk yang sering dipakai dan berpotensi meninggalkan sampah, seperti sabun, sampo, dan pasta gigi.
Sumber: Tempo.co