SUKABUMIUPDATE.com - Para desainer mengubah strategi produk dari busana ke masker kain. Salah satunya ialah desainer asal di Yogyakarta Phillip Iswardono. Dia memproduksi masker dengan harga yang beragam, dimulai dari Rp 4.500 per helai.
Philip mengatakan, di pekan-pekan pertama pandemi, dia memanfaatkan kain perca untuk membuat masker. Harga paling mahal Rp 50 ribu. Tapi seiring dengan kebutuhan masker kain sebagai bagian dari fashion, dia juga membuat edisi eksklusif.
"Saya juga menjual masker exclusive dan limited edition mulai 150.000 sampai 1.000.000. Harga tersebut sesuai dengan bahan yang saya pakai. Selain sesuai dengan standar kesehatan juga dari tenun klasik yang sudah limited edition, custome design, dan juga branding product yang menjadikan masker ini premium," kata anggota Indonesian Fashion Chamber dalam konferensi pers daring, Senin 22 Juni 2020.
Hingga kini Phillip Iswardono masih running mengerjakan produksi masker kain maupun baju-baju dan selalu berinovasi karena menurutnya masker sudah menjadi bagian dari fashion.
"Untuk saat ini masih running order yang ketiga dengan quantity 1.800 pcs masker batik motif peranakan (China). Terhitung sampai hari ini order masker yang sudah terkirim selama pandemi berjumlah lebih kurang 25.000 pcs," kata dia.
Pandemi Covid-19 mengubah dengan cepat perilaku dan mode. Para ahli memprediksi bahwa masker mungkin perlu dipakai setidaknya satu tahun, sampai vaksin dikembangkan.
Para peramal tren memperkirakan bahwa masker memiliki fungsi yang sama seperti mantel dan kacamata hitam ketika kita meninggalkan rumah.
Masker sekarang dianjurkan untuk semua orang ketika ke luar rumah, disadari atau tidak antara kebutuhan medis dan pernyataan fashion seakan tak ada batasnya. Pekan lalu Vogue mengunggah cerita masker yang terbuat dari sutra, denim dan poliester dan elastane. Ada pula masker yang terbuat dari payet dan bisa dipakai bolak-balik sesuai dengan outfit yang sedang dikenakan.
sumber: tempo.co