SUKABUMIUPDATE.com - Lebaran adalah momen istimewa untuk melakukan konsolidasi sosial dengan orang-orang di sekitar kita. Dilansir dari tempo.co, adalah saat yang tepat untuk saling memaafkan dan menjalin silaturahmi Namun bagi sebagian orang, memaafkan bisa menjadi hal yang sulit dilakukan. Khususnya bagi orang-orang yang merasa pernah disakiti, atau diperlakukan tidak adil oleh orang lain.
Ada yang memendam perasaan ini bertahun-tahun, bahkan ada yang menjadi “luka” yang tertanam dalam batinnya, hingga membuat terganggu jiwanya. Bagaimana caranya agar kita bisa memaafkan orang lain? Psikolog Klinis Anisa Cahya Ningrum memberikan beberapa tips saat memaafkan.
1. Fokus pada diri sendiri
Ada yang berpendapat bahwa orang yang telah menyakiti kita tidak layak untuk diberi maaf. Menurutnya, orang tersebut perlu menyadari bahwa mereka salah, sehingga tidak perlu disikapi dengan baik. "Menurut saya pendapat terebut kurang tepat, karena memaafkan itu sebetulnya bukan tentang orang lain, tapi justru tentang diri sendiri. Memaafkan bermanfaat untuk diri sendiri. Dengan memaafkan orang lain, kita akan merasa damai dan nyaman menjalani hidup," ucap Anisa saat dihubungi Tempo.co Rabu 20 Mei 2020.
2. Memaafkan itu sehat
Bukan hanya kedamaian hidup yang akan kita dapatkan dari memaafkan, namun juga kesehatan jiwa dan raga. Banyak yang belum memahami, bahwa memendam sakit hati, akan merusak fisik dan mentalnya. "Semakin kita memikirkan tentang kesalahan orang lain, maka hormon kortisol yang menebarkan stres, akan semakin merusak tubuh kita. Dengan memaafkan orang lain, maka tubuh akan memproduksi hormon-hormon kebahagiaan, yang akan membuat kita sehat secara fisik maupun mental," urai Anisa.
3. Pakai “kaca mata" orang lain
Untuk memulai memaafkan, kita perlu mencoba berempati pada orang lain, dengan menggunakan “kaca mata”nya. Kita perlu mencari tahu dan mencoba memahami, mengapa mereka melakukan hal itu. Setiap perilaku pasti ada sebabnya.
"Dengan mengetahui latar belakang yang mendasari perilakunya, kita akan bisa berpikir obyektif dan seimbang. Bahkan dengan menggunakan perspektif orang lain, bisa jadi kita akan menemukan hal-hal yang mungkin menjadi introspeksi bagi diri sendiri," tambahnya.
4. Tidak bisa mengubah orang lain, mulailah dari diri sendiri.
Kita tidak bisa menuntut orang lain untuk berubah. Tidak perlu menunggu orang lain yang minta maaf, karena hal itu akan sia-sia. Jika ingin membuat orang lain berubah, mulai dari diri sendiri. "Ucapkan kata maaf terlebih dahulu kepadanya, maka vibrasi kebaikan itu akan meluruhkan hatinya. Jika orang tersebut bisa melakukan perubahan sikap yang lebih baik, maka proses memaafkan akan terjadi dengan sendirinya," saran Anisa.
5. Jangan paksa melupakan kesalahannya, tapi netralkan emosi diri sendiri.
Hal yang tidak mudah untuk melupakan kesalahan orang lain, dan sesungguhnya, memang sebetulnya tidak perlu dilupakan. Karena memori yang sudah tertanam di otak tidak mudah dihilangkan. Namun yang perlu direvisi adalah emosi-emosi negatif yang melekat pada memori tersebut.
Anisa menyarankan mulailah dengan mencoba menyayangi orang tersebut, lepas dari apa yang pernah dilakukannya kepada kita. Perasaan cinta dan sayang yang kita tumbuhkan, akan mengubah emosi negatif kepadanya, meski kita masih ingat perilakunya yang tidak menyenangkan. Hingga pada suatu saat kita bisa mengatakan pada diri sendiri, “Dia pernah mempermalukan saya, namun itu adalah peristiwa masa lalu yang mendewasakan saya”
6. Tulis surat, jangan kirimkan
Jika memungkinkan untuk melakukan klarifikasi tentang perbedaan pendapat, maka hal itu sebaiknya dilakukan secara langsung kepada orang yang bersangkutan. Namun jika dirasa itu sulit, dan bahkan bisa menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan konflik yang lebih besar, maka menyelesaikan secara pribadi akan menjadi langkah yang lebih baik.
Jadi jika kesal pada seseorang, dan tidak memungkinkan untuk diluapkan secara verbal kepada orang tersebut, maka cobalah untuk menulis surat kepadanya. Tuliskan segala keluh kesah yang ingin diucapkan, sepuasnya. Dan jika sudah selesai, musnahkan tulisan tersebut, jangan mengirimkan kepadanya. "Lakukan terus menerus, hingga merasa lega dan nyaman. Perasaan nyaman ini, akan mempermudah kita dalam proses memaafkan perilaku orang tersebut," pungkasnya.
Sumber : tempo.co