SUKABUMIUPDATE.com - Pandemi Covid-19 membuat orang menjalani kehidupan di rumah saja untuk mematuhi pedoman jarak sosial yang direkomendasikan pemerintah. Dilansir dari tempo.co, apakah itu berarti Anda dan pasangan akan lebih banyak berhubungan intim? Belum tentu.
Faktanya, pandemi saat ini dapat mempengaruhi kehidupan seks dengan cara yang tidak terduga. Ada yang lebih sering melakukannya, tapi banyak juga yang justru lebih jarang.
Psikolog klinis Joshua Klapow mengatakan, setiap orang merespons situasi stres dan traumatis secara berbeda.
"Respons terhadap stres yang terkait dengan virus corona dan stres dikarantina dapat mengakibatkan penurunan atau peningkatan hasrat dan aktivitas seksual," kata Klapow kepada Elite Daily.
Pembawa acara The Kurre and Klapow Show itu mengatakan semua tergantung pada respons individu seseorang terhadap pandemi. Jika kedua pasangan memandang hubungan seks sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari situasi saat ini, rileks, mengalami kesenangan, dan membentuk ikatan yang lebih dekat, maka aktivitas seksual akan meningkat.
Di sisi lain, jika situasi saat ini menyebabkan salah satu dari pasangan merasa kewalahan, sibuk, atau cemas dan seks tidak terasa menyenangkan, maka Anda mungkin tidak melakukan seks sebanyak yang Anda lakukan dalam situasi normal.
"Di dunia yang ideal, kedua pasangan selaras dalam reaksi emosional mereka terhadap pandemi dan melihat keintiman sebagai cara, tidak hanya untuk mengatasinya, tetapi juga untuk meningkatkan hubungan mereka," ujar dia.
Sayangnya, pasangan tidak selalu memiliki panjang gelombang yang sama. Perubahan yang Anda alami kemungkinan merupakan respons normal terhadap situasi global saat ini yang sangat intens.
Sebagian orang akan menggunakan seks sebagai gangguan positif, sementara yang lain mungkin tidak bisa mendapatkan mood karena stres. Tak ada respons yang salah atau benar.
Klapow juga menunjukkan bahwa stres yang berhubungan dengan karantina juga dapat memengaruhi kinerja seksual. Fungsi seksual dapat terpengaruh secara negatif karena perasaan stres, kurang tidur, atau hormon stres dilepaskan ke dalam sistem.
Repotnya jika respons antara pasangan itu berbeda. Ada yang mempengaruhi positif, tapi pasangan justru negatif. Jika hal itu terjadi, Klapow menyarankan agar melakukan percakapan yang jujur.
"Jelas, penuh kasih, dan terbuka adalah cara terbaik untuk menyampaikan betapa terlalu sedikit (atau terlalu banyak) keintiman yang Anda rasakan," katanya.
Respons yang berbeda ini bisa memicu pertengkaran. Penting untuk diingat bahwa Anda berdua layak didengar dan dipahami. "Ini bukan waktu untuk menuntut atau menolak, tetapi waktu untuk memahami dari mana mereka berasal," jelas Klapow.
Jika keintiman dengan pasangan Anda terkena dampak negatif pandemi, ingatlah bahwa perubahan ini bersifat sementara. Untuk membantu Anda dan pasangan mengelola fluktuasi keintiman selama ini, jangan takut untuk membicarakannya.
Sumber: Tempo.co