SUKABUMIUPDATE.com - Pandemi Covid-19 membatasi interaksi sosial, bukan hanya di luar rumah namun juga di dalam rumah. Para ahli menyarankan agar para orang tua harus membuat anak-anak tetap berinteraksi secara virtual dengan teman dan keluarga lain.
Melansir dari tempo.co, pembatasan sosial skala besar (PSBB) yang berlangsung cukup lama karena adanya wabah virus corona membuat emosi berubah-ubah. Tak sedikit orang marah tanpa sebab yang pasti.
Kondisi psikologis ini tak hanya menyerang orang tua namun juga anak-anak. Bahkan, perubahan emosi yang muncul secara mendadak itu bisa menjadi sedikit tanda kesehatan mental. Berikut tujuh tanda anak mungkin mengalami kesulitan dalam mengatasi kondisi mental, dilansir dari Insider.
Kesulitan berkonsentrasi
Hal ini bisa dilihat jika anak kesulitan berkonsentrasi saat mengerjakan tugas sekolah. "Mereka mungkin berjuang untuk fokus namun seketika meninggalkannya atau menunjukkan tanda-tanda tidak dapat mendengarkan atau menjalankan instruksi," ujar Carole Lieberm.
Dia menyarankan agar para orang tua mengajak anak untuk mengekspresikan perasaan dan meminta anak mengajukan pertanyaan yang mungkin sangat mengganggu. Ajak anak membuat prakarya, bermain, atau menari untuk membangkitkan suasana hati.
Perubahan perilaku atau pola normal
Para orang tua sebaiknya menyadari sesuatu yang tidak biasa pada anak, misalnya amarah yang meningkat dan penolakan terhadap sesuatu. Beberapa anak mungkin tidak nyaman dengan pembelajaran jarak jauh dan di sini lah peran orang tua untuk terlibat aktif mendampingi anak saat mengerjakan tugas
Perilaku lama anak muncul seperti mengompol atau mengamuk ketika sedang stres
Beberapa ahli menyebutkan regresi sebagai tanda peringatan potensial kesehatan mental. "Merasa takut tercermin dalam kecemasan seorang anak, seperti bersembunyi di balik selimut atau mundur ke perilaku sejak usia yang lebih muda, seperti mengompol," kata Dr. Lieberman.
Terapis Kelly Oriard menambahkan bahwa stres dapat menyebabkan regresi pada anak-anak, seperti regresi tidur, ke toilet, amukan perilaku, asupan makanan.
Insomnia dan pola tidur abnormal
Dr. Ajita Robinson, seorang terapis, mengidentifikasi kesulitan tidur, tetap tidur, dan kualitas tidur sebagai tanda bahaya kesehatan mental pada anak. Michelle Nietert, seorang penasihat profesional menambahkan jika anak tidak bisa tidur setiap malam, saatnya para orang tua mengobatinya dengan pergi ke dokter.
Kebosanan bisa menjadi gejala depresi
Menurut para ahli, kebosanan bisa menjadi gejala depresi yang serius. Dalam tahap ini, anak membutuhkan lebih banyak kegiatan.
Perubahan dalam pola makan
Makan terlalu sedikit atau terlalu banyak bisa menjadi pertanda kesehatan mental. Healthline memberikan beberapa saran untuk membantu mendorong anak-anak untuk makan, seperti membatasi gangguan waktu makan, menyajikan porsi yang tepat, menghilangkan stres waktu makan, mengurangi camilan, dan melibatkan anak-anak dalam persiapan makan.
Perilaku antisosial bisa menjadi tanda lain dari masalah yang lebih besar
"Jika mereka biasanya sangat sosial, sekarang tidak ingin berbicara dengan teman-teman atau keluar dari kamar. Mereka mungkin tampak terganggu atau lebih tenang daripada biasanya atau agresif dan argumentatif," kata Baghdassarian.
Sumber : tempo.co