SUKABUMIUPDATE.com - Pandemi virus corona mengharuskan kita lebih banyak di dalam rumah. Saat berada di dalam rumah dan jarang terkena sinar matahari, masihkah perlu memakai tabir surya?
Melansir dari tempo.co, kita mungkin tidak keluar di bawah sinar matahari selama #dirumahaja, tetapi itu tidak berarti tidak melakukan kontak dengan sinar matahari. Melalui jendela, saat duduk di balkon atau ketika melangkah keluar rumah, kita mengekspos kulit pada sinar matahari yang berbahaya.
Jika berpikir kulit aman jika ada jendela antara kulit dan sinar matahari, Anda salah. Sinar UVA dapat dengan mudah melewati jendela. Tidak hanya itu, untuk rileks dan bersantai, Anda juga bisa joging atau lari. Itu adalah paparan yang cukup untuk sinar matahari untuk menimbulkan kerusakan pada kulit.
Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan sinar matahari memiliki efek degenerasi pada kulit. Paparan sinar matahari paling tidak akan menyebabkan kemerahan pada kulit dan yang terburuk menyebabkan hiperpigmentasi, garis-garis halus, kerutan, dan kanker kulit.
Semua ini adalah alasan yang cukup untuk tidak ketinggalan perlindungan terhadap sinar matahari apa pun situasinya. Selain itu, cahaya biru dari komputer, ponsel, dan perangkat lain yang terus-menerus mepapar juga bisa merusak kulit. Cahaya biru telah terbukti meningkatkan kerusakan radikal bebas pada kulit dan menyebabkan penuaan kulit dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh sinar UVA matahari.
Tabir surya yang diresapi dengan oksida besi dapat membantu mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh cahaya biru yang berasal dari berbagai perangkat digital. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa tabir surya dengan besi oksida membantu mengurangi bercak-bercak gelap pada kulit penderita melasma.
Anda harus memakai tabir surya bahkan jika tidak menghabiskan waktu di luar karena karantina mandiri. Merawat kulit dengan benar selama waktu ini sangat penting.
Sumber : tempo.co