SUKABUMIUPDATE.com - Tanpa disadari, efek menjalani masa di rumah saja dan pembatasan jarak fisik yang sudah dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona perlahan tapi pasti berimbas pada kesehatan mental. Melansir dari tempo.co, ketidakpastian kapan situasi ini berlalu dan beredar berita-berita terkait pandemi yang beredar semakin memperparah dan berdampak pada kesehatan fisik dan mental.
Gangguan kesehatan mental yang dimaksud dikenal dengan istilah psikomatik yakni kondisi fisik yang terkait masalah psikologis. Menurut Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Jiemi Ardian gejala psikosomatis yang paking sering kentara ialah gangguan tidur, kemudian disusul gangguan fisik seperti mual, diare, pusing.
"Biasanya muncul pada sore hari setelah pengumuman data jumlah pasien Covid-19 dari Kemenkes," ucap Jiemi dalam Live Instagram Sunan Institute yang diadakan The Sunan Hotel bertema Bagaimana Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi, Selasa 14 April 2020.
Penyebab gejala tersebut karena faktor kita menonton televisi acara berita atau membaca media cetak maupun online. Sebab itu, Jiemi menganjurkan agar kita memilih berita mana yang nyaman kita tonton dan batasi durasi waktunya.
"Sebab tubuh kita lah yang paling aware sejauh mana batas kemampuan kita meresponnya. Secara teknis misalnya akan nonton berita dari jam 5-7 atau di jam khusus. Pilih platform jangan semua dibaca, Instagram dan Twitter dibaca. Pilih yang kita mampu," saran Jiemi.
Jika Anda membaca satu berita negatif, maka supaya balance dibutuhkan 4 berita positif agar tubuh kita seimbang. "Beberapa teman-teman mungkin akan sulit bergeser, tidak semua cocok dengan berita positif tapi jelas berita negatif memberatkan. Atau Anda coba membaca berita netral," ucapnya.
Demikian pula kalau kita memiliki beberapa grup Whatsapp, kita fokus mana yang mau intens kita ikuti dan penting buat diri kita. "Jangan dibaca semua, pilihan left sementara nggak apa-apa, semua untuk kesehatan kita," tambah dia.
Menurut Jiemi sisa waktu kita mengurangi baca berita dan sementara tidak aktif di grup Whatsapp bisa digunakan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. "Misalnya untuk merawat diri sendiri entah kamu memelihara hewan, minum teh yang kamu suka, kalau bisa yoga atau meditasi. Lakukan sesuatu yang bisa merawat kesehatan mental kita," urainya.
Jiemi menambahkan sedih itu wajar tetapi jika penderitaannya intens dan mengganggu misalkan sampai ganggu tidur, makan dan kerjaan maka sudah mengalami disfungsi, jadi sudah perlu konsultasi.
"Kalau kamu terlalu marah kecewa bingung takut susah makan tidur kerja terganggu atau ada pikiran bunuh diri datang atau pengen menyakiti orang lain maka tidak bisa ditunda karena kalau menunggu Covid-19 nanti kita enggak tahu selesainya kapan," pungkasnya.
Sumber : tempo.co