SUKABUMIUPDATE.com - Secara sederhana, stres adalah cara tubuh merespons potensi bahaya. Ketika otak mengetahui adanya ancaman, dia mengarahkan kelenjar tertentu untuk melepaskan banjir hormon, yaitu adrenalin dan kortisol, yang meningkatkan kewaspadaan, detak jantung, aliran darah ke otot, dan banyak lagi.
Dilansir dari tempo.co, stres pada dasarnya tidak jahat atau buruk. Ini adalah respons biologis yang dirancang untuk membantu kita berhasil lolos dari ancaman. Di dunia yang ideal, tubuh merespons stres kemudian kembali ke keadaan normal.
Tetapi, di dunia yang kurang ideal, stres bisa menjadi kronis. Saat itulah mulai berdampak negatif bagi kesehatan. Jadi, apa yang terjadi pada tubuh jika selalu stres?Dilansir dari www.insider.com, Cindy Geyer dan Joel Kahn, anggota True Health Initiative, memberi jawaban.
Stres kronis mengganggu tidur
Menurut survei American Pyschological Association, 2019 Stress in America, kebanyakan orang Amerika mengatakan mereka mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dari normal. Itu bisa mengurangi kualitas tidur.
"Anda bisa masuk ke lingkaran setan. Jika stres dan tidak bisa menghentikan kekhawatiran dan kecemasan, Anda tidak bisa tidur atau bangun lebih sering, atau melihat jam dan tidak bisa kembali tidur," ujar Geyer, direktur medis di Canyon Ranch di Lenox, Massachusetts.
Satu studi 2019 menemukan bahwa hanya satu malam tanpa tidur dapat menyebabkan peningkatan stres 30 persen. Sementara studi 2015 yang meneliti wanita paruh baya selama periode 9 tahun menemukan mereka yang melaporkan tingkat stres tertinggi memiliki kualitas tidur yang lebih rendah dan lebih mungkin mengalami insomnia. Penelitian medis menunjukkan kurang tidur telah dikaitkan dengan segala hal, mulai dari kecemasan hingga depresi.
Kurang tidur kronis dapat meningkatkan risiko masalah jantung, obesitas, dan diabetes, dan itu dapat membatasi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, menurut National Institutes of Health.
Saat stres, pilihan makanan buruk
"Orang yang stres mungkin menggunakan makanan sebagai penghibur. Anda biasanya tidak mengunyah brokoli ketika sedang stres. Anda biasanya mengambil donat dan keripik," kata Kahn, profesor kedokteran klinis di Sekolah Kedokteran Universitas Negeri Wayne.
Meskipun tidak semua orang makan, stres mengarah pada respons melawan yang dapat melepaskan hormon seperti adrenalin dan kortisol, yang meningkatkan nafsu makan. Stres yang terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan kadar kortisol, menurut Harvard Health Publishing.
Ketika suatu peristiwa yang menegangkan terjadi, kadar kortisol harus menurun. Tetapi bagi orang-orang yang terjebak dalam siklus stres, kadar kortisol mungkin tetap meningkat dan mungkin masih merasakan keinginan untuk makan makanan ringan yang manis dan berlemak.
Satu penelitian penting 2007 menemukan bahwa orang dengan kadar kortisol yang lebih tinggi lebih cenderung ngemil sebagai respons terhadap stres. Wanita lebih cenderung makan ketika stres daripada pria. Satu studi 2014 menemukan bahwa makan saat stres lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. American Psychological Association menemukan bahwa wanita lebih cenderung sering melaporkan stres daripada pria, dengan 31 persen wanita melaporkan makan selama masa-masa sulit dibandingkan 21 persen pria.
Saat stres tidak ingin berolahraga
Seringkali orang yang stres tidak menyediakan waktu untuk berolahraga.
Stres dapat mengacaukan hormon
Bagi wanita dan pria, stres dapat memicu ketidakseimbangan hormon. "Ketika pasien datang kepada saya karena ketidakseimbangan hormon, akar penyebabnya biasanya adalah terlalu banyak kortisol atau hormon stres," kata Dr. Jane Oh.
Stres dapat memperburuk masalah kulit
Para peneliti telah mengidentifikasi sejumlah kondisi yang tidak selalu disebabkan oleh stres tetapi dapat diperburuk olehnya. Daftar itu termasuk jerawat, psoriasis, ruam, dan eksim.
Stres memperburuk keadaan hati
Selama episode akut stres, tubuh dibanjiri dengan adrenalin, yang meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Dalam kasus stres ekstrem, Anda bahkan dapat mengalami kondisi yang dikenal sebagai sindrom patah hati, rasanya persis seperti serangan jantung.
Stres membuat rentan terhadap penyakit
Studi 2015 menunjukkan bahwa stres dapat menyebabkan orang terserang demam. Stres juga dikaitkan dengan timbulnya alergi dan asma.
Stres dapat menyebabkan depresi
Intinya adalah bahwa depresi dapat disebabkan oleh kombinasi faktor. Meski begitu, National Institute of Mental Health memang menyebutkan stres sebagai faktor risiko penyakit tersebut.
Stres bisa membuat sistem pencernaan rusak
Jika pernah merasa ingin muntah sebelum memberikan pidato atau presentasi, maka Anda sudah tahu bahwa stres memiliki efek langsung pada usus. Faktanya, stres diketahui menyebabkan gejala-gejala seperti mulas, gangguan pencernaan, mual, muntah, diare, dan sembelit. Itu karena otak dan usus terhubung erat dan dikendalikan oleh banyak hormon yang sama, menurut Pusat Medis Universitas Maryland.
Sumber : tempo.co