SUKABUMIUPDATE.com - Hindari kesepian dengan tetap menjaga komunikasi dengan orang lain meskipun tidak bertemu secara langsung. Dilansir dari tempo.co, pasalnya kesepian dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Penelitian menemukan bahwa persepsi tentang kesepian bukan ukuran obyektif isolasi sosial karena meskipun terisolasi secara sosial, ada cara untuk merasa tidak begitu kesepian, seperti berbicara dengan orang yang dicintai dan terhubung melalui aktivitas virtual.
Keterasingan sosial dari berdiam diri di rumah memang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental kita dan bahkan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merasa sendirian dan sakit, keduanya mungkin lebih terhubung daripada yang dipikirkan. Namun, ada perbedaan antara isolasi sosial dan kesepian, dan ada cara untuk merasa tidak begitu kesepian, bahkan saat terisolasi secara sosial.
Inilah yang perlu Anda ketahui. Kesepian kronis dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Kesendirian dapat membuat sistem kekebalan tubuh kurang kuat, kata internis Soma Mandal.
"Orang-orang yang kesepian cenderung lebih banyak stres," katanya.
Stres yang disebabkan oleh kesepian dapat mengaktifkan sistem adrenokortikal, yang juga dikenal sebagai respons lawan atau lari. Meskipun berguna jika ada ancaman nyata, respons itu bisa berbahaya jika terus diaktifkan seiring waktu.
"Kesepian kronis dapat menyebabkan kemunduran dalam kemampuan untuk menanggapi infeksi potensial serta kekuatan respons kekebalan," kata Chirag Shah, sdokter IGD di salah satu rumah sakit di Amerika Serikat.
Sebagai contoh, studi 2013 menemukan orang dewasa yang kesepian memiliki lebih banyak peradangan sebagai respons terhadap stres. Meskipun studi hanya memiliki masing-masing 134 dan 144 peserta, mereka mengonfirmasi studi hewan lain menemukan hubungan antara kesepian dan peradangan.
Peradangan adalah respons terhadap kerusakan tubuh, sel darah putih pindah ke daerah yang terluka, yang dapat menyebabkan pembengkakan atau kemerahan. Seperti respons melawan atau lari, peradangan bermanfaat ketika dibutuhkan tetapi ketika terjadi seiring waktu dapat berdampak negatif pada kesehatan.
"Peradangan kronis seperti ini dapat menyebabkan penyakit lain, seperti penyakit jantung, kanker, dan demensia. Ini juga dapat mempengaruhi kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi virus," jelas Mandal.
"Masih banyak yang harus ditentukan tentang bagaimana sebenarnya kesepian berdampak pada kesehatan dan diperlukan penelitian berskala besar. Namun, jelas bahwa kesepian dikaitkan dengan lebih banyak stres dan peradangan, yang terkait dengan hasil kesehatan yang negatif," paparnya.
"Sementara studi yang lebih besar dan lebih kuat perlu dilakukan, studi ini terus membangun teori bahwa kesepian mengaktifkan respon stres secara tidak tepat," kata Shah.
Bagaimana mencegah kesepian selama isolasi sosial? Penting untuk menyadari bahwa kesepian dan isolasi sosial bukanlah hal yang sama.
"Isolasi sosial adalah pemisahan fisik yang obyektif dari orang-orang, seperti hidup sendiri. Kesepian adalah perasaan tertekan subyektif karena sendirian atau terpisah," kata Mandal.
Sebuah studi 2017 menemukan orang-orang yang menganggap diri kesepian memiliki lebih banyak gejala pilek daripada yang tidak kesepian. Jadi, selama isolasi sosial, penting untuk melakukan apa yang Anda bisa untuk mengurangi perasaan kesepian, bahkan ketika terjebak di rumah.
Anda masih dapat mengurangi tekanan psikologis, termasuk kesendirian, sambil menghormati pedoman jarak sosial, kata Shah. Sebagai contoh, sebuah studi 2019 menemukan bahwa memiliki akses ke teknologi sederhana seperti radio, televisi, atau tablet mengurangi perasaan kesepian bagi peserta studi, lebih dari setengahnya dilaporkan mengalami kesehatan mental yang buruk.
Sebuah studi 2016 terhadap 591 orang dewasa yang lebih tua menemukan bahwa penggunaan teknologi sosial, termasuk Skype dan Facebook, mengurangi perasaan kesepian. Namun, bagi orang yang lebih muda, media sosial memiliki hubungan yang lebih rumit dengan kesepian.
Selanjutnya, sebuah studi 2018 dari 143 mahasiswa sarjana menemukan bahwa peserta yang membatasi penggunaan Facebook, Instagram, dan Snapchat hingga 30 menit sehari mengalami lebih sedikit kesepian daripada mereka yang menggunakan media sosial tanpa batas.
Selama jarak sosial, teknologi paling efektif ketika digunakan untuk berinteraksi langsung dengan orang lain, kata Mandal. Berbicara melalui obrolan video, melakukan latihan bersama secara virtual, atau berpartisipasi dalam klub buku virtual kemungkinan akan melakukan lebih banyak untuk memerangi kesepian daripada sekadar mengunggah atau menggulir di media sosial.
"Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membantu orang lain dan kita masih bisa tetap aman di ruang keluarga sendiri," katanya.
Sumber : tempo.co