SUKABUMIUPDATE.com - Bagi penggemar hidangan Asia Timur seperti Jepang, Cina, dan Korea, sumpit menjadi salah satu alat makan yang paling sering digunakan. Alat unik ini menggantikan fungsi sendok dan garpu. Meski menggunakannya cukup menyulitkan bagi sebagian orang, tak ada salahnya mempelajarinya. Begitu Anda tahu cara menggunakan sumpit maka akan terbiasa dan jatuh cinta pada manfaatnya.

Alat makan ini diklaim memiliki sejumlah manfaat kesehatan karena dapat mengontrol keinginan makan berlebihan. Melansir dari laman Pink Villa, Sabtu, 25 Januari 2020 berikut beberapa manfaat kesehatan dari makan menggunakan sumpit.

1. Turunkan berat badan

Tanpa disadari, kita sering cenderung makan berlebihan saat kita mengunyah makanan favorit kita. Namun, ternyata makan pakai sumpit dapat mencegah masalah ini karena membantu kita fokus pada kontrol porsi.

Ketika Anda mengambil gigitan lebih kecil dan makan lebih sedikit, bisa memberi sinyal pada otak Anda bahwa Anda sudah merasa kenyang. Kondisi tersebut bisa membantu dalam mengontrol berat badan Anda dan jika Anda punya program menurunkan berat badan, maka sumpit bisa menjadi berkah.

2. Indeks glikemik rendah

Jika Anda menderita diabetes maka Anda mungkin memahami kebutuhan untuk memastikan bahwa indeks glikemik Anda tetap rendah dengan menggunakan sumpit.

Ketika kita makan lebih lambat dan dalam porsi yang lebih kecil, hal itu membantu mencegah lonjakan glikemik yang dapat membahayakan kesehatan kita.

3. Mencegah kembung

Ketika kita makan cepat dan menerima gigitan yang lebih besar kita cenderung menelan banyak udara yang pada gilirannya juga menyebabkan kembung dan gas.

Tetapi ketika Anda makan menggunakan sumpit, bagian gigitan Anda tetap terkendali dan memastikan bahwa Anda mengambil gigitan yang lebih kecil dan mengunyah dengan benar.

4. Tingkatkan koordinasi otak dan tubuh

Sumpit tidak mudah digunakan karena membutuhkan banyak koordinasi otak dan tubuh. Hal itu berarti bahwa setiap kali Anda menggunakan sumpit seperti latihan untuk meningkatkan koordinasi antara otak dan tubuh.

Sumber: Tempo.co