SUKABUMIUPDATE.com - Menempuh hidup baru bersama lawan jenis, mengikat janji suci untuk sehidup semati hingga tua kelak, jadi impian banyak orang dengan pujaan hatinya.
Tapi, percaya atau tidak banyak orang kini akhirnya menikah karena terpaksa tuntutan dari pihak luar, dan bukan karena keinginannya sendiri, hal ini diakui Psikolog Klinis Personal Growth Veronica Adesla.
"Kalau kita menikah dengan situasi terpaksa, misalnya terpaksa karena tuntutan orang tua atau karena udah lama pacaran, masa nggak nikah-nikah, bingung mau dibawa kemana hubungan, itu juga berarti belum tentu siap (menikah), jadi tanyakan hal tersebut pada hati kecil," ujar Veronica di Kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Sabtu (5/10/2019).
Tuntutan lainnya karena berdasarkan umur yang digaung-gaungkan orang sekitar mengatakan usia sudah terlampau tua dan tidak juga menikah. Tapi catatannya bukan berdasarkan kesiapannya secara pribadi.
"Tapi karena ada tuntutan dari sekitar, yaudah deh nikah aja. Itu perlu digarisbawahi besar apakah kamu sebenarnya siap atau nggak, kalau belum siap, jangan. Karena buntutnya itu panjang," tuturnya.
Buntutnya, emosi belum matang menghadapi masalah dan tidak siap hidup sehari-hari dengan orang yang sama. Apalagi jika belum siap sudah ditambah kehadiran anak, hingga tanpa disadari anak jadi korban.
"Kemudian risikonya adalah si anak ini akan tumbuh dalam keluarga yang sehat atau tidak, kalau dalam pernikahannya nggak siap, biasanya ujung-ujungnya anaknya jadi kena dampak," tutupnya.
Sumber: Suara.com