SUKABUMIUPDATE.com - Berhubungan seks tidak sekadar melakukan penetrasi saja. Pada fase pendahuluan, dibutuhkan foreplay untuk merangsang gairah, terutama gairah perempuan. Menurut terapis psikoseksual, Ruth Westheimer, peningkatan gairah perempuan membutuhkan waktu lebih lama daripada laki-laki. Padahal, gairah itu penting untuk mencapai orgasme.
Westheimer mengatakan, foreplay dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasangan. Gunanya adalah mempersiapkan tubuh dan pikiran untuk melakukan seks. Umumnya, perempuan butuh ciuman, pelukan, dan sentuhan untuk melumasi vagina yang nantinya akan memudahkan penetrasi. Selain itu, perempuan juga butuh kepastian secara emosional terhadap pasangan yang akan bersetubuh dengannya.
Deputy GM Consumer Healthcare PT DKT Internasional, Pierre Frederick, menyebutkan sebuah data bahwa tingkat foreplay di Eropa lebih tinggi dibandingkan Asia. Walau begitu ia belum bisa menyebutkan angkanya.
“Kenapa tingkat foreplay di Eropa lebih tinggi dibandingkan Indonesia? Karena di sana, lubrikan alaminya baik sementara di Indonesia nggak,” ujar psikolog dan pakar seks Elizabeth Santosa atau lebih akrab dipanggil Lizzie dalam kesempatan yang sama.
Menurut Lizzie, rendahnya tingkat foreplay di Indonesia disebabkan juga oleh faktor budaya. “Foreplay itu hubungannya dengan penggodaan, foreplay lama-lama sebelum masuk ke menu utama (penetrasi). Di Indonesia, kultur ciuman atau pelukan itu masih tabu. Kalau di kota-kota besar iya (sudah mulai tidak tabu), tapi secara menyeluruh (Indonesia) masih tabu.”
Elizabeth menambahkan, laki-laki di Indonesia masih kurang dalam hal penggodaan. Padahal, bagi perempuan pada umumnya, foreplay lebih penting daripada main course. “Kita ngomongin foreplayitu bukan sekedar sentuhan fisik, tapi soal bisikan, kata-kata manis, stimulasi (dengan tindak tutur), menggoda. Laki-laki Indonesia kurang menggoda. Makanya, cairan pelumas alami (yang dihasilkan wanita Indonesia) jarang di Indonesia.”
Saran dari Lizzie sebagai pakar seks untuk masalah foreplay adalah pengertian satu sama lain dan komunikasi. Menurutnya, laki-laki harus mengurangi keegoisan mereka untuk segera menuntaskan nafsunya. Penting untuk memikirkan pihak perempuan yang membutuhkan waktu lebih lama untuk siap berhubungan seks.
Selain itu, untuk perempuan, Lizzie menyebutkan tentang pentingnya eksplorasi diri. “Dari sisi psikologis, untuk perempuan, eksplorasi diri itu sangat penting. Tapi, memang tidak semua orang bisa karena adanya benturan nilai budaya, norma, agama, dan lain-lain,” kata Lizzie.
Lizzie mengatakan, komunikasi juga penting untuk dijalankan. Jika komunikasi verbal tidak dapat menyelesaikan masalah, Anda dapat melakukan komunikasi nonverbal. “Pakai peran sebagai role model. Contohnya, kalau kamu mau dicium, cium dia duluan,” kata Lizzie.
Sumber: Tempo