SUKABUMIUPDATE.com - Empat tahun lalu, pomade boleh merajai dunia tata rambut pria. Hampir semua pria kekinian menggunakan produk rambut ini dalam setiap kesempatan, baik acara formal maupun nonformal. Tapi, bagaimana kini?
Tren rambut pria 2019, yang kembali ke tatanan rambut natural, membuat pomade yang berbasis minyak makin ditinggalkan. Seorang penata rambut pria dari Inggris, Josh Lamonaca, mengatakan bahwa gaya tatanan dan potongan rambut pria urban saat ini sudah tidak terbatas pada rapi, klimis, dan cepak. “Ini sesuai dengan tren fashion pria yang loose,” kata Lamonaca di Jakarta, pekan lalu.
Gaya berbusana ini mempengaruhi potongan rambut dan produk yang digunakan. Mereka lebih suka tatanan rambut yang natural dengan tekstur tidak klimis. Ini artinya, mereka tak lagi menggunakan produk rambut untuk membuat klimis seperti pomade. “Anak muda pindah dari pomade ke clay,” kata dia.
Clay adalah produk penataan rambut pria berbasis air. Clay memiliki tingkat kaku yang sangat tinggi sehingga rambut terlihat bervolume, juga tidak menimbulkan efek kilat sehingga terlihat sedang tidak memakai produk rambut.
Tapi Oki Andries, Marketing Director Chief Company, yang memiliki beberapa barber shop di Jakarta, mengatakan bahwa pomade tidak benar-benar ditinggalkan di 2019 ini. “Terutama untuk eksekutif muda dan orang yang butuh untuk tampil formal. Karena pomade itu untuk tampilan yang lebih klimis,” kata dia.
Ia tidak menampik penggunaan clay dan hybrid, yaitu campuran oil base dan water base, akan lebih banyak. Clay, karena berbasis air, punya karakter lebih kering sehingga ketika diaplikasikan, bisa menghasilkan tatanan rambut yang diinginkan tanpa terlihat klimis atau basah.
“Water base lebih cocok untuk digunakan saat beraktivitas di area indoor, misalnya orang yang kerja dikantor 9 to 5. Tapi kalau yang senang aktivitas outdoor, bisa menggunakan yang oil baseatau hybrid karena lebih tahan matahari dan keringat sehingga tatanan rambut bisa bertahan lebih lama,” ujar Oki.
Sumber: Tempo