SUKABUMIUPDATE.com - Tidak setiap tunanetra dapat membaca huruf Braille. Beberapa tunanetra, terutama tunanetra dewasa banyak yang tidak dapat menggunakan huruf Braille. Musababnya, sebagian besar kelompok ini mengalami keterbatasan penglihatan di usia dewasa sehingga terbiasa membaca huruf alfabet.
Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia atau Pertuni, Aria Indrawati mengatakan huruf Braille sangat penting dipelajari tunanetra, meski bukan sebuah kewajiban terutama bagi tunanetra dewasa. Sebab, terdapat beberapa halangan bagi tunanetra dewasa dalam mempelajari huruf Braille. "Tunanetra dewasa tidak harus bisa membaca huruf Braille karena bisa membaca dan menulis menggunakan teknologi," ujar Aria Indrawati saat dihubungi Tempo, Kamis 20 Desember 2018.
Kendati bukan kewajiban untuk dipelajari, huruf Braille memiliki banyak fungsi. Antara lain, membantu penandaan kode pada obat-obatan di rumah, membaca huruf-huruf dalam Al Quran, dan sebagai penanda bagi bahan makanan. "Karena itu, anak-anak yang mengalami visual impairment sebaiknya tetap diajarkan menulis dan membaca dengan huruf Braille," ujar Aria.
Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB menetapkan tanggal 4 Januari sebagai hari Braille dunia pada Senin, 17 Desember 2018. Di beberapa negara, huruf Braille masih menjadi sarana utama bagi tunanetra untuk menulis dan membaca. Di Afrika misalnya, karena penduduknya belum mampu memiliki alat pembaca layar karena kesulitan ekonomi, maka huruf Braille menjadi satu-satunya sarana bagi mereka untuk menambah pengetahuan.
Saat ini popularitas huruf Braille mulai tersaingi dengan adanya pembaca layar digital. Meski begitu, eksistensi huruf Braille di dunia tunanetra tak tergantikan. Masih banyak kegiatan tulis menulis yang tidak dapat diakomodasi oleh pembaca layar digital.
Sumber: Tempo