SUKABUMIUPDATE.com - Semakin berkembangnya teknologi tentu memberikan kemudahan dalam segala aspek termasuk urusan percintaan. Jika belum mempunyai pasangan, kini ada yang namanya aplikasi pencari jodoh. Caranya pun relatif mudah, Anda cukup mengunduhnya di ponsel, dengan ketukan jari Anda bisa bertemu banyak orang, bahkan dari berbagai negara.
Aplikasi ini jelas bermanfaat, buat mereka yang lingkungannya terbatas pada lingkungan kerja atau lingkaran pertemanan lama. Namun psikolog klinis dari Angsamerah Clinics, Inez Kristanti, mengingatkan, mencari pasangan lewat aplikasi pencari jodoh memiliki risiko tersendiri. “Pertama, kalau diperkenalkan dengan seseorang oleh teman atau anggota keluarga, setidaknya kita tahu tentang latar belakang orang ini. Sementara aplikasi pencari jodoh memungkinkan seseorang membuat profil palsu, apalagi cara membuatnya relatif mudah,” ujarnya.
Misalnya, Anda memutuskan berkenalan dengan seseorang di aplikasi pencari jodoh karena dari fotonya, orangnya terlihat keren. Enggak tahunya begitu bertemu, jauh dari ekspektasi. Foto bisa menipu. Informasi seputar latar belakang kehidupan pun bisa direkayasa. “Kalaupun profilnya asli, belum tentu orang ini memiliki motivasi yang sama dengan Anda. Saya cukup banyak mendengar cerita dari beberapa orang yang kecewa, karena teman kencan mereka ternyata tidak menginginkan hubungan serius,” lanjut Inez.
Inez Kristanti memaparkan sebuah penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan Aditi Paul, PhD dari Departemen Komunikasi Universitas Negeri Michigan pada 2014. Hasil penelitian menyatakan, risiko putus hubungan pada pasangan yang bertemu di dunia maya terbilang tinggi. “Hanya 32 persen pasangan yang bertemu di dunia maya sukses menjalin hubungan dan akhirnya menikah. Sisanya adalah mereka yang menemukan pasangan lewat perkenalan konvensional,” ucap Inez.
Penyebab tingkat kesuksesan pencarian jodoh secara daring lebih rendah, menurut Inez beragam. “Salah satunya yang saya sorot: aplikasi pencari jodoh ini memberi pilihan tak terbatas dalam genggaman tangan. Dengan banyaknya pilihan, orang justru lebih sulit memilih. Susah untuk bertahan dengan satu pilihan,” ungkapnya.
Walau sudah mendapatkan yang cocok, pintar, dan menarik, masih saja timbul pikiran, ingin mencari yang lebih baik lagi, lebih keren lagi. “Banyak yang berpikir, mungkin masih ada yang lebih pas lagi. Begitu juga kalau hubungan mereka mengalami tantangan atau kendala. Orang yang terbiasa kencan daring akan berpikir, 'Saya, kan bertemu dengan orang ini secara daring, kalaupun hubungan kami gagal, masih ada kemungkinan bertemu orang seperti ini lagi secara daring.' Akhirnya orang kurang termotivasi memperjuangkan hubungan,” ujar Inez.
Sumber: Tempo