SUKABUMIUPDATE.com - Kemajuan teknologi digital tampaknya telah memberikan dampak yang signifikan kepada generasi muda. Namun, dampak tersebut tidak selamanya positif. Penggunaan media sosial atau medsos, misalnya.
Awalnya medsos berperan untuk memudahkan interaksi seseorang serta mengetahui perkembangan hidup dari sekitarnya. Kini peran medsos telah berubah menjadi peningkatkan kecemasan pada diri seseorang. Ini karena dengan medsos , si pengguna (secara tidal sadar) mengkomparasi hidupnya dengan orang lain. Mengapa perubahan ini terjadi?
Hampir seluruh generasi muda saat ini menggunakan medsos secara berlebihan. Hal ini ditandai dengan fenomena FOMO (Fear of Missing Out) atau takut ketinggalan informasi. Ketika ada suatu acara yang sedang populer misalnya, sebagian besar generasi muda akan berlomba-lomba untuk ikut mengunggah acara tersebut agar tidak dianggap kurang mengikuti jaman.
Keterangan tersebut disampaikan oleh seorang psikolog, Felicia Ilona, dalam diskusi bertajuk Social Media: Space for Mental Health Crisis Intervention yang diselenggarakan oleh komunitas Into the Light Indonesia yang bekerjasama dengan Twitter Indonesia dan Personal Growth sebagai peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di auditorium kantor Go-jek pada 27 Oktober sore. Acara ini diperuntukan bagi generasi muda yang diajak untuk meningkatkan kesadaran akan isu kesehatan jiwa dan mengambil bagian dalam penggunaan sosial media dengan bijaksana.
Felicia juga menjelaskan bahwa segala sesuatu yang berlebihan pasti tidak baik dan menegaskan pengendalian diri sebagai kunci utama perubahan. “Secara statistik, generasi muda menghabiskan delapan jam per hari untuk medsos. Seharusnya, penggunaannya yang baik adalah kurang dari tiga jam per hari.
Penggunaannya secara berlebihan ini mendorong munculnya gangguan dalam kesehatan jiwa. Pengendalian diri adalah hal yang penting dan terutama. Ketika kita berhasil mengendalikan diri, kita akan mulai mampu menggunakan medsos tersebut secara bijaksana sehingga terhindar dari masalah yang mengganggu kesehatan jiwa,” kata Felicia.
Selain kontrol pengendalian diri yang dapat dilakukan oleh generasi muda, platform medsos pun ternyata juga ikut serta dalam memberikan akses untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa.
“Sebagai contoh adalah Twitter yang saat ini sedang mengembangkan #thereishelp sebagai bagian dari gerakan global berbasis servis notifikasi bagi mereka yang membutuhkan bantuan dalam masalah kesehatan jiwa. Lewat #thereishelp, pengguna dapat berkomunikasi langsung dengan para spesialis untuk berdiskusi tentang masalah yang mereka hadapi,” kata Chief Representative Twitter Indonesia, Agung Yudha.
“Aplikasi-aplikasi psikologi yang masuk dalam platform medsos juga telah terbukti membatu generasi muda untuk menangani masalah kesehatan jiwa mereka. Salah satunya adalah pasien saya yang telah saya anjurkan untuk mengikuti beberapa account. Mereka merasa sangat terbantu melalui tips-tips yang diberikan,” kata Felicia melengkapi tanggapan Agung.
Sumber: Tempo