SUKABUMIUPDATE.com - Setelah sukses dengan beberapa film nasional maupun international melalui kemampuan silatnya, Iko Uwais kini bersiap mencetak bakat-bakat baru untuk martial arts Indonesia dengan meluncurkan sekolah bela diri Thunder11 Center of Martial Arts.
Selain untuk mencetak bakat baru dalam martial arts, keprihatianan melihat tingkat premanisme yang mewabah serta kriminalitas yang tinggi membuat Iko Uwais bersama tim terpanggil untuk membantu memberikan pembekalan ilmu bela diri untuk semua kalangan.
“Video-video yang bertebaran di sosial media memberikan gambaran yang jelas, tingkat kriminalitas semakin marak di berbagai daerah. Oleh karenanya, ini adalah momen yang tepat untuk segera membekali diri melalui martial arts,” ujar Iko Uwais, Founder Thunder11.
Iko juga menambahkan Bekasi merupakan lokasi yang tepat untuk mengembangkan sekolah bela diri pertamanya. Mengingat pada 2017, Bekasi menempati urutan pertama se-provinsi Jawa Barat dengan tingkat kriminalitas yang meningkat selama 5 tahun terakhir.
Iko menambahkan sepanjang 2013-2017 dari berbagai data yang dipublikasikan di media, angka kriminalitas di Bekasi mencapai 17.898 kasus. “Melalui Thunder11, kami percaya bela diri adalah seni mengendalikan diri dimana saat mereka menguasai ilmu bela diri, mereka justru menjadi pribadi yang mengayomi sehingga kami percaya premanisme secara dini dapat diredam."
"Untuk itu, kami terbuka untuk bekerjasama dengan berbagai pihak dalam mencapai tujuan tersebut. Salah satu yang dapat kami kontribusikan adalah membuka akses terhadap pendidikan ilmu bela diri yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kedepannya, semoga kami dapat membuka lebih banyak lagi Thunder11 di berbagai daerah di Indonesia,” tambah Iko.
Hadir pula dalam acara peluncuran Santi Damayanti, Managing Director Thunder11 yang menjelaskan tentang program yang siap dihadirkan oleh sekolah bela diri besutan Iko Uwais ini.
“Berbagai kelas kami berikan sesuai dengan tujuan masing-masing. Mulai dari Mastery of Martial Arts bagi mereka yang ingin menguasai lebih dalam mengenai seni bela diri, Street Smart Self- Defense yaitu kelas untuk bela diri praktis hingga Ultimate Performance yang diperuntukan bagi mereka yang ingin menjadi seorang stuntman seperti Iko Uwais,” ujar Santi.
Santi juga menambahkan Thunder11 dirancang dan dibuka untuk semua usia sehingga selain pendidikan bela diri secara dini untuk anak-anak dari usia toddler hingga dewasa.
“Keamanan dan perlindungan berada di tangan kita sendiri. Karena dalam situasi tertentu, kita tidak bisa mengharapkan siapapun dimana kriminal bisa menyentuh laki-laki atau perempuan, dewasa atau anak-anak, kaya atau miskin. Jadi sebaiknya kita berusaha meningkatkan perlindungan pada diri kita sendiri. Terpenting tidak ada kata terlambat untuk memulai mempersiapkan diri dengan matang agar siap jaga diri dalam kondisi apapun,” tambah Santi.
Thunder11 mulai beroperasi sejak awal Mei 2018 dan hingga saat ini telah mendidik lebih dari 50 siswa yang terdiri dari berbagai kelas bela diri seperti Pencak Silat, Taekwondo, dan Akido.
Pelatih kompeten dan berpengalaman dengan latar belakang ragam ilmu bela diri dihadirkan oleh Iko sesuai dengan kurikulum.
Terkait dengan penyusunan kurikulum ini, Iko menjelaskan dia dan tim membutuhkan waktu lebih dari 6 bulan untuk melakukan berbagai survei sehingga mampu menjawab kebutuhan para siswa. Salah satunya adalah kelas Ultimate Performance yang merupakan kelas yang dikembangkan khusus untuk mereka yang ingin menjadikan martial arts sebagai jembatan karir seperti stuntman atau koreografer.
Saat ditanya kesiapan Thunder11 untuk kelas ini, Iko Uwais menjelaskan, “Industri perfilman nasional saat ini telah mampu memproduksi film laga dengan kualitas yang tidak kalah dengan box office, sehingga dibutuhkan bakat-bakat baru martial arts yang juga diharapkan kedepannya dapat tampil di berbagai layar laga box office. Dengan antusiasme yang tinggi terhadap kelas ini baik dari dalam maupun luar negeri, Thunder11 diharapkan mampu menjadi sekolah bela diri pertama di Indonesia yang menggarap segmen ini.”
Sumber: Tempo