SUKABUMIUPDATE.com - Keterampilan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sederhana seperti membereskan kamar tidur, merapikan mainan, menyapu lantai, mencuci piring, atau meletakkan pakaian ke dalam lemari sejak dini ternyata memberikan keuntungan bagi anak ketika dewasa.
Julie Lythcott-Haims, penulis buku pengasuhan anak How to Raise an Adult menyatakan, keterampilan ini membantu anak membangun tanggung jawab, kemandirian, dan ketekunan—sifat yang dibutuhkan untuk menjadi orang dewasa yang cakap.
"Ketika anak diharapkan mampu menyingsingkan lengan baju dan ikut serta mengerjakan pekerjaan rumah serta mengajak mereka berkontribusi pada urusan rumah tangga, ini akan membentuk pola pikir yang sama—bahwa mereka mampu berkontribusi—di tempat lain, seperti di tempat kerja,” urai Lythcott-Haims.
"Dengan tidak memberikan tanggung jawab itu, akan menghalangi mereka mendapatkan kepuasan dari “memperoleh tugas dan berhasil menyelesaikannya,” lanjut dia.
Melibatkan anak dalam pembagian tugas rumah tangga juga membantu mereka belajar mengatur waktu. Mungkin orang tua tergoda untuk membiarkan anak bebas dari tugas rumah tangga ketika mereka beralasan ingin mengerjakan tugas sekolah. Namun Lythcott-Haims mengingatkan, “Dunia nyata akan menuntut anak untuk bisa melakukan semua hal. Ketika mereka berada di dunia kerja, mungkin akan ada waktunya mereka harus bekerja lembur, tetapi tetap harus belanja bulanan, mengurus rumah dan anak.”
Ada pula orang tua yang tidak ingin menyulitkan anak dengan beban tugas rumah tangga. Namun tahukah Anda, kebiasaan mengerjakan pekerjaan rumah baik untuk kesehatan mental anak?
Dalam studi di Universitas Harvard pada 2015 disebutkan, alih-alih status sosial, masalah keluarga, dan hal lainnya, kecakapan anak dalam bekerja semasa kecil—diindikasikan dengan keterampilan melakukan pekerjaan rumah tangga, menjalani kerja paruh waktu, atau berpartisipasi di klub olahraga—merupakan tolok ukur kesehatan mental yang baik saat anak beranjak dewasa.
Sumber: Tempo