SUKABUMIUPDATE.com - Memiliki karier menjadi seorang animator memang kerap dipandang sebelah mata, khususnya di Indonesia. Direktur Kreatif The Little Giantz Studio, salah satu perusahaan animasi di Jakarta, Bony Wirasmono, menyayangkan bahwa anggapan tersebut masih terus langgeng dalam benak masyarakat. Padahal, kata dia, industri animasi akan terus tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi. "Terlebih posisi animator Indonesia lumayan seksi di mata animasi internasional. Tak bisa dibantah lagi kalau kita mulai dilirik pasar internasional," ujar Bony dalam acara Open House The Little Giantz Studio di bilangan Cilandak.
Namun, menurut Bony, industri animasi belum menggeliat di tengah permintaan yang besar. Padahal, kata dia, wadah hingga edukasi terhadap industri animasi sudah mulai bermunculan. Tawaran-tawaran proyek juga berdatangan dari negara lain. The Little Giantz Studio sendiri sudah pernah berkolaborasi dengan Disney XD, Ubisoft, Lego, Anima Point, Wilfilm, dan Lucasfilm.
Patut disayangkan, ujar Bony, sumber daya manusia dalam industri animasi belum benar-benar siap menjawab tawaran yang terus bergulir tersebut. "Perlu ada pendidikan animasi yang berkualitas. Kita harus siap dari segi sumber daya manusia, infrastruktur, pendidikan, industri, hingga dukungan pemerintah," ujar Bony.
Co-Owner Kolla Community Center, Ellen Xie, mengatakan perkembangan animasi di Indonesia memang masih sangat jauh tertinggal jika dibanding animasi luar, seperti di Hollywood. Industri animasi di Indonesia memang masih terbilang muda. Adapun tahap pertumbuhan industri animasi dalam negeri, kata Ellen, mirip dengan perkembangan industri game. Ketika banyak orang tertarik, maka akan muncul sekolah yang berkonsentrasi pada bidang animasi. Setelah itu baru muncul studio animasi. Setelah matang, produk berbasis teknologi akan bermunculan.
"Indonesia sedang berada pada tahap outsourcing, sekolah, atau studio animasi muncul. Kita hanya tinggal menunggu produk animasi lokal yang dihasilkan sendiri," ujar Ellen.
Sumber: Tempo