SUKABUMIUPDATE.com - Fingerprint merupakan fitur pada smartphone yang berfungsi sebagai pengaman penggunaan. Seiring berkembangnya teknologi, kini hadir fitur In-Display Fingerprint. Fitur keamanan ini pula memiliki jenisnya diantaranya adalah Optical dan Ultrasonic.
Optical dan Ultrasonic merupakan dua jenis teknologi In-Display Fingerprint yang sering hadir pada beberapa smartphone kelas menengah atas. Keduanya memiliki perbedaan sehingga memberikan pengalaman yang berbeda pula.
Lalu apa perbedaan Optical dan Ultrasonic In-Display Fingerprint? Untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasan berikut ini.
Cara kerja
Melansir trustedreviews.com, sensor sidik jari Ultrasonic bekerja dengan cara mengirimkan sebuah sinyal elektrik dari pemindai ke jari pengguna saat melakukan pemindaian. Sinyal elektrik tersebut akan memetakan tonjolan, pori-pori serta sidik yang ada pada jari.
Maka ketika jari pengguna mengenai sensor Ultrasonic, sinyal elektrik yang dipantulkan ke jari pengguna akan dipantulkan kembali ke sensor sesuai dengan pemetaan jari penggunanya.
Sedangkan, sensor sidik jari Optical memindai jari pengguna dengan cara memantulkan cahaya. Maka dari itu, smartphone yang menggunakan sensor Optical akan mengeluarkan cahaya ketika jari pengguna ditempelkan ke bagian pemindaian.
Cahaya tersebut berasal dari lampu LED disekitar sensor, berfungsi untuk menerangi jari pengguna sehingga mempermudah pemindaian.
Pada sensor ini pula tidak proses pemantulan sinyal elektrik seperti pada Ultrasonic. Namun karena tidak pemetaan jari, maka pada sensor optical jari pengguna harus sedikit menekan agar akurasi pemindaian lebih tinggi.
Kecepatan dan akurasi
Berdasarkan cara kerjanya di atas, maka baik Optical maupun Ultrasonic memiliki kecepatan dan akurasi yang berbeda.
Melansir dignited.com, sensor Optical pada proses kerja tidak melakukan pemetaan jari secara menyeluruh, alhasil diperlukan tekanan jari agar sensor dapat membaca lebih akurat. Konsep sensor ini mirip seperti layar sentuh jenis resistif.
Bila jari kurang menekan, maka sensor bisa tidak akurat dalam melakukan pemindaian sidik jari, sehingga berakibat pada kecepatan pemindaian.
Sedangkan, sensor Ultrasonic mengandalkan sinyal elektrik yang berfungsi untuk memetakan jari pengguna. Karena adanya sinyal elektrik tersebut, maka pengguna tidak mengharuskan menekan jari pada sensor Ultrasonic. Imbasnya, pemindaian menjadi cepat dan akurat.
Qualcomm selaku salah satu pengembang sensor Fingerprint Ultrasonic, mengatakan bahwa jeda antar pemindaian pada sensor Ultrasonic hanya 250 milidetik saja.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sensor Ultrasonic memiliki kecepatan dan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan Optical.
Kelebihan dan kekurangan
Seperti dijelaskan sebelumnya, Ultrasonik memiliki keunggulan pada kecepatan dan akurasi pemindaian. Pengguna juga tidak perlu presisi menempelkan jari pada sensor. Sensor ini juga tetap bekerja meski tangan pengguna kotor atau berminyak.
Selain itu, mekanisme pemetaan jari juga bersifat 3D, sehingga jika ada orang yang ingin membobol smartphone mu dengan foto atau gambar jarimu (2D) maka tidak akan berhasil.
Meskipun terkesan lebih unggul ketimbang sensor Optical, nyatanya Ultrasonic memiliki beberapa kelemahan.
Panel layar yang ditanam dengan sensor Ultrasonic memiliki pelindung khusus, maka dari itu jika pengguna ingin menambah lapisan pelindung tambahan pastikan tidak udara yang tertahan di bawahnya.
Beralih ke jenis Optical, sensor ini diketahui memiliki harga yang lebih murah ketimbang Ultrasonic. Maka dari smartphone yang memiliki fitur In-Display Fingerprint dengan harga cukup murah, biasanya menggunakan sensor Optical.
Sedangkan untuk kelemahannya, sensor Optical sangat mudah ditipu dengan gambar jari 2D, tentunya ini sangat berbahaya bagi keamanan smartphone.
Selain itu, jari kita juga harus benar-benar bersih ketika melakukan pemindaian, karena cahaya yang dipantulkan bisa terhalang oleh kotoran seperti minyak dan debut. Akibatnya, akurasi sensor berkurang dan menyebabkan kesulitan pemindaian.