SUKABUMIUPDATE.com - Raksasa media sosial Facebook telah melakukan pembaruan terkini untuk aplikasi Messenger yang membatasi berapa kali pesan diteruskan. Sekarang, pengguna hanya bisa meneruskan pesan maksimal lima kali, dengan tujuan mengurangi kampanye informasi yang salah, terutama tentang pemilihan presiden dan pandemi virus corona.
Melansir Tempo.co, Daily Mail, Rabu, 16 September 2020 melaporkan, jika mendapat peringatan tentang mengirim terlalu banyak pesan, pengguna sekarang bisa diblokir ketika memposting di Messenger. Selain itu, artikel yang telah ditandai oleh pemeriksa fakta di Facebook juga akan ditandai saat dibagikan di Messenger.
Dalam KTT virtual TechCrunch Disrupt 2020 pada Selasa, 15 September 2020, VP Facebook Messenger Stan Chudnovsky mengatakan beberapa pengguna mengubah percakapan pribadi menjadi lebih seperti siaran publik. "Messenger jelas sarana komunikasi pribadi. Kami ingin memastikan ini bersifat pribadi. Ini adalah prioritas yang sangat penting bagi kami," kata Chudnovsky.
Pada 2019, Facebook mulai menguji batas lima pesan diteruskan di Myanmar dan Sri Lanka, dua negara yang dilanda kekerasan etnis dan kampanye ujaran kebencian online. Umat Buddha ultra-nasionalis di Myanmar telah menggunakan Facebook untuk menghasut kekerasan terhadap Muslim Rohingya.
Sementara Sri Lanka melarang Facebook, WhatsApp, dan Instagram pada 2018 dengan harapan bisa mengekang kekerasan massa yang ditujukan pada minoritas Muslim di negara itu. "Potongan-potongan informasi tertentu tidak dapat diteruskan terlalu banyak," ujar Chudnovsky.
Menurut Chudnovsky, itu adalah sesuatu yang dia dan timnya pikir benar-benar akan membantu menghentikan penyebaran informasi yang salah, terutama di saat-saat pandemi seperti sekarang.
Di awal tahun Messenger memperbarui standar komunitasnya, menambahkan pemberitahuan keamanan dan otentikasi dua faktor, dan memperkenalkan fitur-fitur baru yang membuatnya lebih mudah memblokir dan melaporkan pesan yang tidak diinginkan. Dan bulan ini, perusahaan mengumumkan batas penerusan menjadi global.
Jay Sullivan, direktur manajemen produk untuk privasi dan keamanan Facebook Messenger menjelaskan, membatasi penerusan pesan adalah cara efektif untuk memperlambat penyebaran informasi salah yang viral dan konten berbahaya yang berpotensi menyebabkan konflik.
Dalam laman blog resmi Facebook 3 September 2020, Sullivan memilih pandemi Covid-19 dan pemilu yang akan datang di Amerika dan Selandia Baru sebagai kemungkinan muncul banyak disinformasi. Batasan lima kali diteruskan ini, membantu mengekang upaya mereka yang ingin menyebabkan kekacauan, menabur ketidakpastian atau secara tidak sengaja merusak informasi yang akurat.
"Kami ingin Messenger menjadi platform yang aman dan tepercaya untuk terhubung dengan teman dan keluarga," tutur Sullivan.
Sebelumnya, aplikasi pesan WhatsApp milik Facebook telah mulai menandai pesan yang dibagikan lebih dari lima kali dengan dua panah. Pada April, perusahaan mengumumkan akan membatasi berapa kali pesan populer dapat diteruskan hanya ke satu obrolan dalam satu waktu.
Pengguna masih dapat mengirim pesan ke banyak akun, tapi mereka harus melakukannya secara manual. Menariknya batas lima penerusan WhatsApp menyebabkan penurunan 25 persen dalam total penerusan pesan, menurut platform tersebut.
"Kami percaya, penting memperlambat penyebaran pesan-pesan ini untuk menjaga WhatsApp menjadi tempat percakapan pribadi," kata perusahaan itu.
Pada Agustus, perusahaan mulai menguji fitur yang memungkinkan penggunanya memeriksa pesan yang diteruskan. Fitur 'Telusuri Web' sedang diujicobakan di Amerika, Inggris, Irlandia, Brasil, Italia, Meksiko, dan Spanyol.
Sumber: Tempo.co