SUKABUMIUPDATE.com - Gawai adalah suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis dan secara spesifik dirancang lebih canggih dibandingkan dengan teknologi sebelumnya. Perbedaan gawai dengan teknologi lain adalah unsur kebaruan berukuran lebih kecil.
Salah satu jenis gawai yang cukup populer adalah Handphone (HP), komputer atau laptop. Orang dewasa hingga anak-anak masa kini sudah familiar dan banyak menghabiskan waktunya bermain gawai.
Padahal khusus untuk anak-anak, ada screen time yang harus diperhatikan oleh orang tua guna terhindar dari tanda-tanda anak kecanduan gawai.
Baca Juga: Mengenal Kepribadian Ganda: Gangguan Identitas Disosiatif, Kelainan Mental?
Bahaya Anak-anak Kecanduan Gawai
Menurut riset yang dilakukan oleh Common Sense Media, dikutip dari Hindustan Times via Tempo.co, anak-anak berusia 8-12 tahun menghabiskan waktu 5,5 jam per hari untuk bermain gawai.
"Anak-anak tumbuh dan hidup dikelilingi banyak perangkat digital, yang merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari, mulai dari ponsel pintar, tablet, laptop, hingga konsol gim. Risiko potensial terkait waktu di depan layar yang berlebihan pada anak-anak," kata psikolog dan aktivis kesehatan mental, Dr. Arvind Otta, dikutip Senin (24/7/2023).
Otta menambahkan anak-anak berusia 6 tahun ke atas harus membatasi waktu bermain gawai tidak lebih dari 2 jam per hari. Jika melebihi ketentuan tersebut akan berbahaya bagi proses perkembangan anak.
Baca Juga: 13 Cara Memperbaiki Mental Breakdown, Yuk, Kenali Tanda Gangguan Kecemasan!
Cahaya biru dari layar gawai dapat mempengaruhi produksi hormon melatonin yang mengatur pola tidur. Karena itu, jika sering terpapar cahaya biru berdampak pada terganggunya pola tidur, berkurangnya kualitas tidur, dan menyebabkan kelelahan di siang hari.
Ia pun menjelaskan kurang tidur menyebabkan risiko iritasi, sulit berkonsentrasi, masalah ingatan, suasana hati, dan lainnya.
Otta menyebutkan tanda-tanda anak mengalami kecanduan gawai antara lain mulai mengganggu aktivitas sehari-hari seperti mengerjakan PR, kegiatan di luar ruangan, dan aktivitas kreatif lain. Selain itu, keadaan emosional dan perilaku juga mengalami perubahan.
Jika terpapar konten agresif atau tidak layak untuk umurnya maka akan menyebabkan anak-anak berperilaku kasar atau mudah cemas serta dapat menurunkan kognitifnya yang berdampak pada performa akademik di sekolah.
Baca Juga: 11 Cara Memperbaiki Mental yang Hancur Berantakan Karena Tekanan Hidup
Otta kemudian memberikan beberapa tips mengatur waktu penggunaan gawai anak untuk mencegah kecanduan. Orang tua perlu membuat aturan jelas dan mengatur batas waktu yang diizinkan untuk anak dalam mengakses gawai.
Orang tua dapat membantu memberikan pemahaman kepada anak tentang konsekuensi penggunaan gawai secara berlebihan. Hal tersebut dapat membantunya memahami pentingnya membuat batasan penggunaan platform digital.
Cara lain yang bisa diterapkan yaitu membuat zona bebas gawai di rumah. Contohnya di ruang belajar, ruang makan, atau kamar tidur. Membuat zona bebas gawai dapat mengalihkan anak dari gawai.
Ketika anak tengah bermain gawai sebaiknya orang tua menemani karena dapat membantu mengembangkan ikatan hubungan. Mengajak anak melakukan aktivitas fisik dan permainan kreatif juga langkah efektif mengurangi waktu penggunaan gawai karena selain dapat melatih fisik, kegiatan tersebut juga berdampak positif pada kemampuan kognitif.
"Secara rutin mengawasi penggunaan media digital pada anak merupakan hal penting untuk menjaga kesejahteraannya. Orang tua dapat segera melakukan intervensi jika menemukan masalah dan tetap mengetahui taktivitas daring anak demi melindunginya dari potensi bahaya," tegasnya.
Sumber: Tempo.co