SUKABUMIUPDATE.com - Kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi selama ini dikenal dengan banyaknya objek wisata yang menawarkan berbagai keindahan. Tetapi tak hanya itu saja, disana juga terdapat tempat-tempat yang kental dengan cerita rakyat dan sejarah, diantaranya batu meja yang diyakini warga merupakan tempat berkumpul atau kongkow para pejuang di selatan Sukabumi yang melawan penjajah.
Batu meja berada di Desa Cibenda, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Lokasinya berjarak sekitar 10 kilometer dari kantor Desa Cibenda dan akses menuju lokasi tersebut masih berupa jalan setapak, baik lewat Kampung Bantarlimus maupun melalui wisata Puncak Manik harus ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri bantaran Sungai Ciletuh.
Baik dari Kampung Bantarlimus maupun wisata Puncak Manik ke lokasi batu meja membutuhkan waktu tempuh 1,5 jam dengan berjalan kaki.
Batu tersebut begitu datar dan bisa dijadikan tempat berkumpul, di atas batu ini nampak pemandangan sisi bukit lainnya. Sebab batu meja berada dilembah diantara beberapa tebing.
"Lokasinya berada diantara tiga tebing yakni tebing hutan Cipeucang, tebing hutan Cikondang dan tebing Puncak Manik. Tidak jauh dari aliran Sungai Ciletuh sekitar 200 meter," kata Kepala Desa Cibenda, Adi Rizwan kepada sukabumiupdate.com, Jumat (2/7/2021).
Adi menuturkan, masyarakat sudah mengetahui batu tersebut sejak dulu dan dari cerita turun - temurun batu tersebut menjadi saksi bisu semangat para perjuang dari selatan Sukabumi melawan penjajah dalam merebut kemerdekaan RI.
Karena itu, pihak desa melakukan survei dan bertekad menjadikan batu meja cagar budaya. "Pemdes pada tahun 2018 melakukan survei dan akan menjadikan sebuah cagar budaya. Tentunya ini akan menambah kekayaan destinasi di kawasan Geopark Ciletuh yang ada di Kecamatan Ciemas," paparnya.
"Kami sudah mulai melakukan penataan, terutama membuka akses jalan dari Kampung Bantarlimus ke lokasi agar motor bisa sampai ke lokasi. Disana pun pemandangan yang eksotik dengan suasana sejuk dan asri," jelas Adi.
Sementara itu, tokoh masyarakat, Naptudin (60 tahun) mengatakan dari cerita turun-temurun lokasi tersebut dijadikan tempat berkumpulnya para pejuang dari berbagai wilayah Pajampangan setelah melakukan perlawanan terhadap penjajah. "Selain tempat berkumpul, juga disanalah menyusun strategi sekaligus tempat persembunyian," tukasnya.