SUKABUMIUPDATE.com - Komunitas Paguyuban Lahan Parahyangan (Palapah) kembali menggelar Festival Bebegig. Rangkaian festival diselenggarakan selama tiga hari di Lapangan Cimulek, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi.
Beragam pentas budaya ditunjukan dalam festival tahunan ke dua ini. Ada pertunjukan musik dan tari daerah, juga tentu saja arak-arakah bebegig atau orang-orangan sawah.
"Kami berharap anak - anak akan menyukai bebegig jika kami modifikasi sedikit menjadi bentuk hewan. Agar tertanam di benak mereka bahwa Bebegig merupakan tradisi budaya yang harus dijaga," ujar Cahya Sukendar, ketua penyelenggara Festival Bebegig 2018.
BACA JUGA: Atraksi Kuda Lumping Semarakkan Festival Bebegig Waluran Kabupaten Sukabumi
Sambutan masyarakat sekitar pun terlihat cukup meriah. Warga terlihat antusias mengikuti festival, meskipun lebih sederhana jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Bebegig yang ditampilkan dalam festival dibentuk sedemikian rupa. Ada yang menyerupai gajah, burung, unta, kuda, singa, kambing, dan lainnya. Cahya menyebut, Bebegig adalah aplikasi antara kegiatan dan tradisi masyarakat Pajampangan yang mayoritas berprofesi sebagai petani.
Cahya menegaskan, tujuan penyelengaraan Festival Bebegig adalah untuk melestrasikan tradisi. Menurutnya, bebegig adalah bentuk dari tradisi para leluhur yang harus dilestarikan. Apalagi keberadaannya saat ini sudah semakin jarang ditemui.
"Bahkan bisa jadi generasi milenial saat ini sudah hampir tak tahu fungsi dan keberadaan Bebegig bagi kehidupan manusia," imbuhnya.
BACA JUGA: Lima Bebegig Unik Pilihan sukabumiupdate.com
Tidak hanya bentuknya yang unik. Bagi Cahya, dibalik fungsinya sebagai pengusir hama, Bebegig yang biasanya berbentuk seperti manusia memiliki nilai filosofi tersendiri.
"Bebegig berfungsi sebagai pengusir hama, ada nilai kebaikan. Nilai itu pula yang jadi pengusir sisi jahat dalam jiwa manusia sehingga kita bisa kembali pada fitrahnya," jelas Cahya.
Untuk diketahui, Festival Bebegig diselenggarakan selama tiga hari. Festival ke dua yang mengusung tema 'Eunteung Karuhun dengan Keseimbangan Sikap Religius dan budaya' itu juga diisi dengan bazaar kuliner, diskusi budaya, dan manasik haji anak-anak PAUD se-Kecamatan Waluran.