SUKABUMIUPDATE.com - Budaya patriarki memang sangat kental di Indonesia, secara sosial laki-laki masih mendominasi hampir seluruh sektor, peran wanita dipersempit sudut pandang bersifat kodrat dan kepantasan, tidak terkecuali hal ini juga terjadi di dunia seni.
Keterlibatan kaum wanita di bidang seni, kususnya di Kota Sukabumi masih terbatas pada bidang-bidang seni yang secara ragawi seolah-olah ditujukan untuk mereka (Kaum wanita), seperti melukis (Seni rupa) dan tari. Adapun keterlibatannya dalam seni yang digarap secara kolektif, seperti musik, porsinya tetap tak banyak.
BACA JUGA:Â Lama Vakum, Nadi Dewan Kesenian Kota Sukabumi Kembali Berdenyut
Pentolan Komunitas Musik Sketsa, Chanra Hari Nugraha (28 tahun) menjelaskan kondisi sulitnya mencari pemain musik wanita sudah dirasakan sejak komunitasnya terbentuk. Beberapa personel perempuan yang pernah terlibat di Sketsa, kata Chanra, selalu mengambil peran penyanyi, jika ada yang memainkan alat musik pun cenderung memilih yang sifatnya tidak utama. Padahal, ia tak pernah membatasi siapa pun mengeksplorasi diri di komunitasnya. Anggapan kepantasan kata Chanra, selalu jadi kendala.
"Belum apa-apa kita sudah terbentuk paham, jika sebuah alat musik memang diciptakan untuk dimainkan kaum tertentu, keidentikan ini diperparah oleh sikap sebagian orang juga yang seolah mentabukannya, seperti Kendang. Kendang ini seolah diidentikan sebagai alat musik laki-laki yang secara fisik lebih kekar. Padahal belum tentu juga kita butuh tabuhan yang menggunakan tenaga penuh dan bahkan mungkin, jika dimainkan oleh perempuan hasil dan rasanya akan berbeda,†papar Chanra kepada sukabumiupdate.com, seraya menambahkan kehalusan rasa dan kelembutan sentuhan pun kadang dibutuhkan untuk memainkan sebuah alat musik.
BACA JUGA:Â Ciletuh Kabupaten Sukabumi, Jadi Media Gratis Kenalkan Seni Tradisi
Pria yang akrab dengan sapaan Kocen ini berharap, kaum wanita khususnya di Kota Sukabumi bisa lebih memberi kontribusi dalam mengembangkan seni. "Harus berani keluar dari zona nyaman, mengambil sikap diluar kebiasan, selama itu positif dan jangan lagi kaum wanita sekadar jadi pelengkap apalagi pemanis, tapi harus jadi inti dan kekuatan utama dalam sebuah garapan seni," harapnya mengakhiri pembicaraan.