SUKABUMIUPDATE.com - Hari kedua Festival Bebegig digelar, Minggu (14/5), sejumlah pagelaran kesenian tradisional pun kembali disajikan. Seni tradisional yang ditampilkan hari ini antara lain pencak silat, tari kuda lumping, dan Kacapi Buhun Aawarga.
Festival Bebegig yang perdana digelar ini, mengusung tema Enteung Karuhun. Menurut Ketua Panitia, Cahya Sukendar, Eunteung Karuhun memiliki makna yang dalam terkait dengan pola kehidupan masyarakat Desa/Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi.
"Kami mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama bercermin kepada apa yang dilakukan para leluhur dalam menjalankan hidup yang selaras dengan alam," kepada sukabumiupdate.com, Cahya bertutur.
Sementara Bebegig sendiri, tambah Cahya, arti dan tujuan sebenarnya sebagai pengusir hama, diartikan sebagai pengusir kejahatan yang ada dalam diri, agar siapa pun selalu terjaga dari sifat buruk. Karenanya, Cahya berharap, Festival Bebegig ini kelak bisa menjadi agenda tahunan masyarakat Waluran.
"Semoga kita bisa menggelarnya secara rutin setiap tahun, dan menjadi bagian rangkaian festival yang ada di kawasan Geopark Ciletuh," tambahnya.
BACA JUGA:
Festival Bebegig Waluran Kabupaten Sukabumi, Eksperimental Seni Geopark Ciletuh
Geopark Ciletuh Ditarget 2017 Diakui UNESCO, Bandara Citarete Surade Dibutuhkan
Wow, Ribuan Pengunjung Banjiri Geopark Ciletuh
Diakui Cahya, meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan Geopark Ciletuh mulai menimbulkan dampak negatif yang akan memberi pengaruh buruk terhadap citra geopark sendiri. Salah satu yang banyak dikeluhkan wisatawan adalah banyaknya sampah.
"Hampir di setiap spot wisatawan, selalu ditemukan sampah berserakan. Di Panenjoan, Kecamatan Ciemas, salah satu spot favorit wisatawan untuk menikmati bentang alam Ciletuh, karena kerap diterjang angin kencang, sampah-sampah plastik terbawa hingga ke pucuk pepohonan dan pinggiran tebing Panenjoan. Jadi sangat tidak sedap dipandang mata," ujar Cahya lebih jauh.
Hal tersebut juga sangat disayangkan Hafidz Fisabilillah (19), salah seorang wisatawan asal Kota Bogor. Menurutnya, di kawasan tersebut banyak terdapat tempat sampah sementara yang disediakan pengelola, tapi anehnya masih banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan.
"Tempat yang indah, sayang banyak sampah," ujar Mahasiswa Jurusan Konservasi di Institut Pertanian Bogor ini. "Masyarakat di kawasan geopark sebaiknya dibekali pemahaman pengelolaan dan kepedulian lingkungan agar bisa menjaganya dengan baik. Kepedulian masyarakat baik sekitar ataupun wisatawan yang rendah dalam menjaga lingkungan, kerap menjadi masalah terbesar dalam pengelolaan obyek wisata Kabupaten Sukabumi," tandasnya.