SUKABUMIUPDATE.COM - Jumat (30/12) sore, nampak sepuluh orang bersepeda. Mereka nampak kepayahan melalui jalanan dengan tanjakan curam. “Kami komunitas Suara Hati Go Bike dari Kebonpala (Cibadak-red). Setiap Jumat rutin sasapedahan, sekarang kebetulan tracking-nya ke sini. Lumayan berat, tapi fun, karena kita nggak ngejar apa-apa,†ungkap Irfansyah (30).
Jika Anda sering melintas dari dan ke arah Bogor melalui Karang Tengah, tentu sering mendapati pemandangan gunung. Ya, itulah Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), dengan ketinggian 460-726 meter di atas permukaan laut. Di sanalah sukabumiupdate.com bertemu kesepuluh pesepeda tersebut.
HPGW awalnya merupakan kawasan terlantar. Namun, sejak 1982, pengelolaan hutan di areal ini mulai dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan sistem terintegrasi, mengelola sumber daya hutan, pelayanan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dan kelola usaha.
Sejak 1950-an keberadaan hutan ini, menjadi HPGW, dan kebijakan paling penting dalam pengelolaaan HPGW adalah tidak diperbolehkan menebang pohon berdampak pada kemampuan memberikan manfaat secara ekologi, ekonomi dan sosial secara berkelanjutan (Budi Prihanto, 2012).
Secara geografis berada di 6°54’23†6°55’35†LS dan 106°48’27â€-106°50’29†BT, berada di dua Kecamatan, yakni Cibadak dan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, dengan luas 359 hektare.
Di HPGW, selain bisa menikmati panorama Kota Cibadak dan sekitarnya dari ketinggian, juga menikmati suasana hutan dengan ragam vegetasi tertutup sekira 70%, didominasi tegakan Agathis dan campuran, seperti Pinus merkusii, Pinus ocarpa, dan Schima wallichii, serta dan jenis pohon Damar, Sengon, Mahoni, Akasia, Rotan, dan Bambu.
Pepohonan yang tumbuh tinggi dan besar menjadikan HPGW berudara sejuk, dengan suhu maksimum di siang hari 29ËšC, dan minimum 19ËšC di malam hari.
Selain pepohonan, terdapat jenis paku-pakuan besar, epifit dan berbagai jenis perdu serta rerumputan. Namun, di kaki HPGW terdapat lahan-lahan tak terurus akibat kegagalan kegiatan reboisasi, bekas lading, dan pertambangan.
Tak perlu waktu lama untuk sampai di puncak HPGW, letaknya sangat dekat dengan Jalan Raya Bogor-Sukabumi, tepatnya di Kampung Batununggul, Kecamatan Cibadak. Menuju puncak HPGW bisa menggunakan kendaraan roda empat, roda dua, atau berjalan kaki dari Kampung Segog.
“Bagusnya bawa anak-anak, biar tahu ada hutan di sekitar kita, mengajarkan anak mencintai alam dengan melihat langsung pohon-pohon tinggi menjulang,†ungkap Effendi Razik (37), warga Jalan Mantri Guru, Kecamatan Cimanggu, Kota Bogor kepada sukabumiupdate.com, Jumat (30/12).
Di area HPGW terdapat tujuh sungai kecil dan terairi sepanjang tahun, mengalir ke bagian Desa Hegarmanah. HPGW seringkali didatangi muda-mudi pada akhir pekan atau libur, untuk sekadar hiking, bersepeda, jogging, dan dijadikan track kegiatan lintas alam dan berkemah.
“Setiap Jumat siang, biasanya sudah mulai ramai, saya ke sini untuk tracking aja, biar fisik lebih ok,†ungkap Hassanudin (18), warga Ciheulang, Karang Tengah.
Hal berbeda dikemukakan Alifah (25). “Nggak sedingin dulu, mungkin karena banyak pabrik dan perumahan di bawah,†ujar mahasiswi asal Kota Bandung yang tegah survey lapangan untuk kegiatan lintas alam itu.
Di kawasan HPGW juga terdapat Goa Putih, dulu bernama Goa Cipeureuh, memiliki ornamen goa berbentuk air terjun karena selalu dialiri air. Kondisinya masih terjaga, serta belum banyak diketahui publik. Bagi peminat wisata khusus, goa ini cocok dijadikan tempat adventure menikmati stalagtit, stalagmite, dan flowstone. Keanekaragaman jenis fauna di dalam goa pun cukup beragam, seperti kelelawar, ikan dan lainnya.