SUKABUMIUPDATE.COM - Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Cianjur, sudah lama menjadi primadona warga Jakarta untuk menghabiskan waktu liburan setiap akhir pekan. Namun, dengan tingkat kepadatan lalu lintas di jalur Puncak-Ciawi-Bogor saat ini, kawasan ini bukan lagi kawasan favorit para pelancong.
Jika ingin sekadar menikmati indahnya perkebunan teh, sejuknya hawa dingin pegunungan, dan panorama yang hijau yang memikat hati, datanglah ke Pondok Halimun di kawasan Taman Nasional Gede Pangrango, di perbatasan Desa Perbawati dan Desa Sudajaya Girang, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi.
Lalui saja Jalan Suryakencana, kemudian "naik ke atas" melewati jalan menuju kawasan Selabintana. Tiba di Desa Sudajaya Girang Anda harus belok kiri sampai bertemu gapura bertuliskan “ Selamat Datang di Pondok Halimun.†Jarak dari pusat Kota Sukabumi sekira sebelas kilometer, dengan waktu tempuh sekira 20 menit.
Di pintu masuk, Anda wajib membayar Rp3 ribu bagi pejalan kaki, Rp8 ribu untuk sepeda motor, dan mobil pribadi sebesar Rp18ribu. Dari pintu tersebut, terdapat persimpangan, ambillah ke kanan, hingga menemui sebuah bangunan milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, dengan keaslian arsitektur rumah zaman Hindia Belanda yang masih tampak terawat.
Disain rumah yang masih sesuai aslinya, akan mengingatkan Anda pada lakon Si Kabayan yang pernah diperankan Didi Petet, karena dalam serial tersebut, dikisahkan Si Kabayan, Ambu, Abah, dan Iteung tinggal di rumah itu.
Dari area perkebunan teh milik PTPN VIII, Kebun Goalpara Afdeling Perbawati, Anda bisa menikmati pemandangan Kota Sukabumi dari ketinggian. Ditambah suguhan bentang alam yang berbukit dan memikat mata, serta aktivitas petani di kebun palawijanya.
Jika kebetulan sayur-mayur sedang masa panen, akan menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi pehobi fotografi. Jenis sayuran seperti tomat, sawi, pokcoy, seledri, cabe, mentimun, terong, dan lain-lain, bisa jadi objek yang menawan dengan warna-warninya.
Ketika sukabumiupdate.com berkunjung ke Pondok Halimun (12/11), di rumah yang dinamai Mess Kabayan tersebut, nampak ramai pengunjung yang sedang menikmati waktu liburnya.
Bangunan heubeul dan khas zaman kolonial tersebut, memiliki empat kamar tidur, ruang tengah, dapur, dan kamar mandi, dan sekarang difungsikan sebagai tempat bermalam para wisatawan yang ingin menikmati waktu lebih lama di Pondok Halimun.
Menyoal sejarah bangunan, awalnya memang diperuntukkan bagi Meneer dan Nyonya Meneer di kawasan perkebunan. Selain bertujuan untuk controlling, bangunan tersebut juga berfungsi sebagai kantor sekaligus rumah tinggal.
Jika Anda belum puas menikmati weekend di Pondok Halimun, di Mess Kabayan ini, banyak terdapat spot ajib yang sayang untuk dilewatkan.
Oiya, sekadar informasi, istilah “naik ke atas†atau “turun ke bawah†adalah hal jamak dikatakan masyarakat Sukabumi untuk menunjukan arah jalan. Ada yang tahu mengapa?